Bagikan:

BANYUWANGI - Perahu kecil berisi sesajen kepala sapi, hasil bumi dan laut, dilarung ke laut di Pantai Lampon, Desa Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur. 

Tradisi ini merupakan bagian dari ritual petik laun pantai Lampon, yang diadakan tiap 1 Suro atau tahun baru Islam 1 Muharram.

Acara dilakukan secara sederhana melibatkan warga dan tokoh masyarakat setempat. Ritual ini digelar sebagai rasa syukur atas limpahan hasil laut para nelayan selama setahun. Juga berharap untuk keselamatan dan rezeki yang melimpah tahun ini.

"Masyarakat Lampon kan di bibir pantai, tujuannya agar selamat dan dapat rezeki banyak," kata tokoh masyarakat setempat, H Suharsono, Selasa, 10 Agustus. 

Suharsono mengatakan ritual ini warisan leluhur yang dilakukan sejak tahun 1927.  Ritual dilakukan setiap tahun sekali. Selain larung sesaji, ritual dilaksankan dengan selamatan. 

Dia mengatakan, biasanya Petik Laut Lampon dilakukan meriah selama 4 hari penuh. Acara biasanya diisi dengan pertunjukan wayang kulit hingga hiburan.

Sekarang dilakukan sederhana dan tebatas karena sedang pandemi COVID-19. 

"Dulu banyak hiburan sampai mendatangkan artis ibu kota. Sekarang sangat sederhana," kata dia.

Suharsono berharap pandemi COVID-19 segera usai dan masyarakat bisa beraktivitas normal seperti semula.

Sejatinya, petik laut Lampon ini akan dikemas menjadi festival Pantia Selatan, pada 10-17 Agustus dan 9 September 2021.

Festival ini merupakan gabungan dari 3 acara Petik Laut yang ada di pantai selatan, yaitu Petik Laut Lampon, Petik Laut Rajegwesi, dan Petik Laut Pancer. 

Namun karena pandemi dan PPKM Level 4, festival ini ditiadakan. Karenanya ritual inti dilakukan masyarakat setempat dengan jumlah yang terlibat dibatasi.

"Dikembalikan ke masyarakat setempat dengan melakukan ritual inti dan tak mengundang orang banyak," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Choliqul Ridha.