Perawat Jual Obat Hasil Curian dari Pasien COVID-19 yang Meninggal Rp40 Juta per Boks
DOK VOI

Bagikan:

JAKARTA - Perawat yang terlibat kasus penjualan obat terapi COVID-19 di atas harga eceran tertinggi (HET) menjual per kotaknya mencapai puluhan juta. Padahal harga sebenarnya hanya Rp1,6 juta.

Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Mukti Juharsa menyebut obat yang dijual oleh tersangka antara lain Avigan Favipiravir, Acterma, Fluvir Oseltamir, Azithromycin, dan Ivermectin.

"Dijual Rp40 juta per boks dari harga normal Rp1,6 juta," kata Mukti kepada wartawan, Rabu, 4 Agustus.

Dengan harga jual itu, tersangka mendapat keuntungan besar. Tapi, Mukti tak bisa memastikan berapa keuntungan dari tersangka.

Sebab tersangka tidak mengingat berapa jumlah obat yang sudah dijualnya. Selain itu, dari hasil pemeriksaan pun diketahui jika perawat ini sudah melancarkan aksinya sejak bulan lalu.

"Mungkin banyak yang sudah terjual karena orang membutuhkannya saat itu," kata dia.

Kemudian, Mukti melanjutkan pihaknya akan berkoordinasi dengan jaksa perihal barang bukti yang disita. Tujuannya, agar obat-obatan itu bisa dimanfaatkan untuk masyarakat.

"Kita koordinasi dengan jaksa supaya bisa dimanfaatkan obat ini, jadi untuk barang bukti hanya uang saja ke pengadilan," tandas Mukti.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengungkap 8 kasus penimbunan dan penjualan obat terapi COVId-19 yang diatas harga eceran tertinggi (HET). Seorang perawat ikut ditetapkan sebagai tersangka.

Dalam aksinya ini, perawat ini menggunakan berbagai modus. Salah satu contohnya bekerja sama dengan apoteker untuk membuat resep palsu.

"Modusnya itu dia bisa membeli dari apotek dan farmasi karena harga standart dengan memalsukan surat dokter dam bekerjasama dengan orang apotek," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus.

Ternyata, modus yang digunakan tak hanya itu saja. Sebab, terungkap juga dia mengambil obat sisa dari para pasien yang sudah meninggal.

"Modus perawat yang bermain dia mengambil obat pasien COVID-19 yang meninggal dunia. Jadi ada pasien yang meninggal dunia obatnya dikumpulkan, nanti kalau sudah terkumpul dia mainkan harganya," kata Yusri.