Pengamat Menganggap Manuver Puan Lewat Kritik ke Pemerintah, Tancap Gas Gaet Simpati Publik untuk Pemilu
Ketua DPR Puan Maharani (Foto: Instagarm @puanmaharaniri)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, belakangan ini kerap bersikap kritis kepada pemerintah. Puan pernah menyoroti penanganan pandemi COVID-19, salah satunya perihal aturan makan 20 menit. 

Dia pun mengingatkan pemerintah harus bisa menjelaskan dengan rinci aturan-aturan baru yang menjadi sorotan masyarakat, misalnya aturan makan 20 menit selama PPKM level 4 di sejumlah wilayah. 

 

Puan khawatir akan timbul dampak buruk dan distrust jika pemerintah tidak bisa menjelaskan secara rinci perihal aturan makan 20 menit itu.

"Pemerintah harus bisa menjelaskan mengapa aturan batasan waktu makan tersebut bisa dianggap efektif untuk mencegah penularan," ujar Puan dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 Juli, lalu.

 

"Kemudian soal teknis pengawasannya bagaimana? Apakah hanya perlu kesadaran masyarakat atau bagaimana? Ini harus dijelaskan rinci," sambungnya.

Puan khawatir aturan makan itu hanya menjadi lelucon jika pemerintah tidak mensosialisasikan kebijakan tersebut dengan baik. 

"Kalau ini dibiarkan tanpa penjelasan, dan akhirnya hanya menjadi lelucon di tengah masyarakat. Saya khawatir ini justru akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah," kata mantan Menko PMK itu.

 

Beberapa hari kemudian, peraih gelar doktor honoris causa dari Universitas Diponegoro itu kembali mengingatkan pemerintah untuk mengantisipasi dampak lonjakan kasus COVID-19 di luar Pulau Jawa dan Bali.

“Belajar dari pengalaman, jangan sampai terjadi lagi situasi seperti yang terjadi di Pulau Jawa dan Bali, kemarin," kata Puan, di Jakarta, Sabtu, 31 Juli.

Puan menegaskan, kondisi fasilitas dan tenaga kesehatan (nakes) luar Jawa harus benar-benar menjadi kesadaran para pengambil kebijakan dan pelaksana di lapangan untuk mitigasi lonjakan kasus. Pasalnya, fasilitas dan nakesnya tidak sebaik di pulau Jawa. 

“Pencegahan harus makin dioptimalkan. Sosialisasi dan vaksinasi. Jangan tunggu jatuh korban dan layanan kesehatan pontang-panting lagi karena COVID-19,” tegas Puan.

Puan juga meminta pemerintah lebih berupaya untuk mempercepat vaksinasi. Fokus vaksinasi pun, kata dia, sudah seharusnya merata di seluruh wilayah Indonesia, tidak lagi hanya di Pulau Jawa dan Bali.

“Kemarin fokus di Jawa dan Bali karena kasus memang sedang tinggi. Sekarang, Presiden menyampaikan bahwa data kasus di Jawa dan Bali melandai. Fokus harus diperluas sampai ke luar dua pulau tersebut,” kata Puan. 

 

Puan Ambil Peluang Menuju Pemilu

 

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai sikap kritis Puan terhadap pemerintah merupakan bagian dari upaya mencari simpati publik. 

 

Pasalnya, rivalnya di internal PDIP yakni, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, sedang melandai aktif di media sosial selama PPKM berlangsung.

 

Puan, menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu, tengah tancap gas merebut peluang tersebut. Terlebih, baliho Puan sudah banyak terpampang di beberapa daerah di Pulau Jawa.

“Jadi Puan tancap gas di saat Ganjar tak bisa apa-apa. Ini hal biasa dalam politik," ujar Ujang dikutip Selasa, 3 Agustus.

Ujang beranggapan, Puan memang harus mengambil peran membela kepentingan masyarakat. Sebaliknya, apabila Ketua DPP PDIP itu mengikuti arus pemerintah, maka elektabilitasnya tidak akan naik. 

 

Sebab, kata Ujang, pemerintah saat ini tak disukai publik lantaran kinerjanya yang tak memuaskan dalam menangani COVID-19.

"Cara yang bagus dan efektif ya memang harus kritis terhadap pemerintah. Memang harus seperti itu. Karena kalau masih ikut permainan pemerintah, Puan akan semakin karam," demikian Ujang.