Tambang Emas Ilegal di Gunung Botak Maluku Masih Berlangsung, Polisi Bakar 25 Kolam Berbahan Sianida
Aparat Kepolisian dari Polsek Waeapo memusnahkan sebanyak 25 unit bak rendaman emas ilegal (Foto: ANTARA)

Bagikan:

MALUKU - Aktivitas penambangan emas ilegal di kawasan Gunung Botak (Pulau Buru), Maluku masih terjadi. Hal ini dibuktikan dengan penemuan puluhan kolam rendaman emas yang dilakukan para penambang secara diam-diam.

Kabid Humas Polda Maluku Kombes M Rum Ohoirat mengatakan, dari hasil penelusuran yang dilakukan petugas sejak pukul 10.00-14.30 WIT ditemukan bekas aktivitas pertambangan emas yang menggunakan metode rendaman.

"Ada sebanyak 25 buah bak rendaman yang ditemukan," jelas dia di Ambon dilansir dari Antara, Selasa, 3 Agustus. 

Sebanyak 25 unit bak rendaman emas ilegal yang diduga menggunakan bahan kimia berbahaya (B3) seperti sianida dan merkuri yang ditemukan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar.

"Saat ditemukan personel langsung melakukan pemusnahan," ujar Ohoirat.

Pihaknya juga telah memberikan imbauan kepada masyarakat yang mendiami sekitar kawasan agar tidak memasuki area pertambangan.

"Kemarin juga personel langsung memberikan imbauan kepada masyarakat, agar tidak memasuki area tambang dan melakukan aktivitas penambangan ilegal," katanya pula.

Sehari sebelumnya, dia mengaku telah menerima perwakilan pengunjuk rasa yang menggelar aksi demonstrasi di depan perempatan Monumen Gong Perdamain Dunia, di Kota Ambon. 

"Kemarin saya menerima para pengunjuk rasa, dan mereka mengaku masih ada kegiatan tambang emas liar dan peredaran sianida dan merkuri," ujarnya lagi.

Selain itu, para pendemo juga mengaku masyarakat di dataran Waeapo sudah tidak bisa lagi mengonsumsi air bersih di sana akibat maraknya ditemukan pengolahan emas menggunakan obat-obatan terlarang seperti sianida dan merkuri.

"Mereka bilang banyak rendaman yang saat ini masih beroperasi di Desa Wamsait Jalur A dan Jalur B, yang belum disentuh sampai sekarang oleh pihak kepolisian," katanya lagi.

Kepada para pendemo, Rum menyampaikan bahwa penutupan Gunung Botak bukan saja kebijakan polisi sendiri, melainkan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

"Saat ini pengamanan Gunung Botak sudah diserahkan kepada Polres Buru, dan anggaran dari pemerintah daerah setempat untuk mendukung pengamanan sudah tidak ada lagi," kata dia.

Mengenai keterlibatan oknum polisi, Ohoirat menegaskan pihaknya selama ini tidak pernah tebang pilih dan menindak tegas siapa saja yang terlibat.

"Kami sudah berkomitmen apabila ada oknum yang terlibat akan kami proses, bahkan ada beberapa anggota yang sudah kami pecat, beberapa perwira yang sudah kami tarik," katanya pula.