Bagikan:

BANDARLAMPUNG - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bandarlampung mengimbau masyarakat tidak melakukan tes antigen sendiri alias mandiri.

"Saya tidak menganjurkan warga melakukan rapid test antigen sendiri, karena hal itu sangat berbahaya bila tidak hati-hati," kata Ketua IDI Cabang Bandarlampung, dr Aditya M Biomed, dikutip Antara, Minggu, 1 Agustus.

Menurutnya, bila ingin melakukan tes antigen sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya sebab tulang hidung merupakan tulang rawan dan di dalamnya banyak saraf arteri yang apabila tidak hati-hati melakukannya dapat menimbulkan pendarahan.

"Tulang hidung itu tulang rawan kalau dicolok-colok sama yang bukan ahlinya apalagi kualitas swabnya jelek atau keras bisa bikin lecet dan efeknya akan terjadi pendarahan," kata dia.

Kemudian, lanjut dr Aditya, yang paling penting, siapa yang akan memginterpretasikan bahwa hasil swab sendiri positif COVID-19 atau negatif. Bahkan dalam alat tes antigen itu juga terdapat indikasi positif dan negatif serta invalid.

"Jadi memang menggunakan rapid tes tidak semudah yang dilihat sebab hal itu ada waktunya, tidak bisa langsung diteteskan lalu membaca hasilnya, sehingga memang yang melakukan harus mereka yang terlatih kalau masyarakat umum kan memang bukan bidangnya," kata dia.

dr Aditya pun menjelaskan pemeriksaan rapid tes antigen merupakan penunjang guna dilanjutkan ke tes polymerase chain reaction (PCR) namun hal tersebut dilakukan bagi kontak erat dan orang yang memiliki gejala COVID-19.

"Kalau semua makin sikat saja bahkan yang tidak bergejala main tes aja, jadi kesimpulannya apa?, nah itu jika mereka positif apakah di rujuk ke PCR atau yakin ini orang positif COVID-19 dengan hasil tes antigen sendiri. Jadi memang ini bukan pekerjaannya orang awam," papar dr Aditya.

Sementara itu, Camat Bumi Waras, Telukbetung Utara, Riana Apriana, mengatakan sekitar 70 warganya saat ini sedang melakukan isolasi mandiri (isoman) dan diantara mereka ada yang positif COVID-19 dari hasil rapid antigen sendiri.

"Jadi kan setelah dibuka call center posko kecamatan bagi pasien isoman, banyak warga yang melapor dan memberikan informasi bahwa mereka sedang isoman. Jadi ketika mereka menelpon itu saya tanya kamu positif tes dimana?, mereka bilang tes sendiri," ujar dia.

Riana mengatakan guna memastikan warganya memang benar-benar positif COVID-19, dirinya pun meminta bukti kepada yang bersangkutan.

"Jadi kita tanya juga buktinya ada ga kalau mereka positif COVID-19, biasanya mereka menunjukkan melalui foto ke petugas, setelah itu kita berikan pengawasan, obat dan juga bantuan yang disediakan oleh pemkot. Tapi beberapa sudah ada yang sembuh juga," sambung Riana.