JAKARTA - Pakar Kesehatan Masyarakat, Profesor Hasbullah Thabrany, mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan dalam periode PPKM Level 3-4 yang berlaku saat ini, utamanya menjaga jarak.
Pasalnya, meski kasus sedikit mengalami penurunan namun Indonesia tidak bisa diprediksi telah melewati puncak COVID-19.
"Karena COVID-19 tidak ada rumus kapan dia puncak atau tidak puncak, itu tergantung disiplin manusianya. Jadi kalau sekarang ini karena PPKM Darurat, pengetatan, orang masuk Jakarta dihambat, masuk Bandung dihambat, di mana-mana dihambat. Jadi memang orang sangat kurang mobilitasnya, tentu saja terjadi penurunan karena virus itu berpindah dari orang ke orang hanya dalam jarak kurang dari dua meter, itu ilmiahnya," ujar Prof. Hasbullah kepada VOI, Selasa, 27 Juli.
"Jadi kalau ada orang yang berjarak lebih dari dua meter ya makin kecil kasusnya, nanti kalau ada orang berkerumun lagi, belanja lagi, antre lagi, nanti naik lagi," sambung dia.
Chief of Part USAID Health Financing Acitivity (HFA) ini menerangkan, sebetulnya jumlah kasus COVID-19 saat PPKM Darurat diberlakukan lebih besar daripada sebelum pemberlakuan pengetatan.
Pada Sabtu, 3 Juli, saat PPKM Darurat berlaku Indonesia mencetak rekor dengan kasus harian tembus hampir 28.000 kasus COVID-19. Sementara, sebelum PKPM Mikro tercatat 4.000-5.000 kasus harian.
"Nah, sekarang 28.000, masih enam kali lebih banyak dari sebelum PPKM. Jadi resiko menularkan orang lain masih banyak. Kalau 4.000 seluruh Indonesia artinya ada 4.000 orang yang menularkan kepada orang lain," jelasnya.
BACA JUGA:
Jumlah 28.000 per hari itu, kata Hasbullah, hanya orang yang terkonfirmasi menularkan kepada orang. Jika melihat skema fenomena gunung es maka diprediksi jumlahnya lebih banyak yang tidak terlihat secara data.
"Orang yang nakal di dunia ini yang ketangkap polisi cuma beberapa orang tapi sebetulnya dilapangan banyak yang gak ditangkap. Sehingga ada beberapa kawan misalnya secara aklamasi bilang kalau dapat kasus 28.000 sebenarnya di lapangan ada 280.000. Nah, artinya kalau begitu banyak orang yang sedang dalam kasus ya sebanyak itu pula lah yang bisa menularkan ke orang lain," terang Hasbullah.
Kecuali, sambungnya, orang-orang di sekitar bisa berhenti tidak mendekat maka tidak terjadi penularan. Artinya, jaga jarak aman lebih dua meter memang harus diterapkan.
"Tapi persoalannya, dari orang ke orang bagaimana dia tahu orang punya virus atau enggak? Kita gak pernah tahu. Maka asumsi di kedokteran, bahwa siapa pun orang yang dekat dengan kita adalah pembawa virus," tegasnya.
"Kalau semua orang sudah bisa berperilaku begitu, selalu jaga jarak lebih dari 2 meter, selalu pakai masker, Insyaallah kasus bisa turun," lanjut Hasbullah.
Kesimpulannya, imbuh dia, berapa lama pun masa periode PPKM ditambah, tetap saja tidak akan menurun jika masyarakat tidak disiplin.
"Tapi saya ragu, masyarakat Indonesia kan nggak bisa disiplin," kata Hasbullah.