Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan ada sejumlah tantangan yang dihadapi Covax Facility dalam pasokan vaksin COVID-19.

Kondisi ini menimbulkan keterlambatan penerimaan yang dialami negara peserta termasuk Indonesia yang jadi anggota Advance Market Commitment (AMC).

Karenanya, Menlu Retno bersama Menteri Kesehatan Ethiopia dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada melaksanakan pertemuan pada Senin, 13 Juli.

"Saya memimpin pertemuan kelima Covax AMC Engagement Group. Dalam pertemuan itu dibahas mengenai tantangan yang dihadapi COVAZ dalam hal pasokan vaksin sehingga menyebabkan terjadinya keterlambatan pengiriman vaksin kepada peserta Covax," kata Retno dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, 13 Juli.

Meski begitu, Menlu Retno mengatakan saat ini Covax terus berupaya memperbaiki masalah tersebut. Perbaikan ini harus dilakukan agar pasokan vaksin COVID-19 bisa diterima oleh semua negara, utamanya negara berkembang.

"Diperkirakan pasokan vaksin akan lebih baik mulai bulan September-Oktober dan seterusnya," ujar Retno.

Kenaikan pasokan vaksin tersebut dimungkinkan terjadi setelah adanya kerja sama antara GAVI dengan Sinovac dan Sinopharm. 

Kerja sama bisa terjadi karena kedua jenis vaksin tersebut telah mendapatkan daftar penggunaan darurat dari World Health Organization.

"Pihak GAVI juga menginformasikan bahwa telah mendapatkan komitmen dose-sharing sekitar 300 juta sampai akhir 2021. Tentunya mekanisme dose-sharing ini akan membantu distribusi vaksin ke negara di dunia," pungkasnya.