JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar tidak ada lagi gesekan antara prajurit TNI dan anggota Polri. Pesan ini dianggap sangat baik untuk memastikan kesolidan TNI-Polri.
"Kadang kita masih mendengar berita mengenai gesekan yang terjadi antara prajurit TNI dan anggota Polri, ke depan hal ini sudah tidak boleh terjadi lagi, harus disudahi," kata Presiden Jokowi, di halaman depan Istana Merdeka Jakarta, Selasa.
Menanggapi hal tersebut, pakar komunikasi politik Emrus Sihombing menilai pernyataan presiden sebagai permintaan kepala negara yang sangat positif bagi TNI dan Polri.
"Jadi imbauan itu sangat positif agar menyudahi gesekan-gesekan. Saya kira bagus sekali," ujar Emrus kepada VOI, Selasa, 13 Juli.
Namun dari aspek sosiologis maupun psikologis, Emrus mengatakan potensi gesekan tetap ada. Dicontohkan soal aspek sosial terkecil yakni antara suami istri saja ada gesekan. Artinya itu adalah hal yang wajar.
"Kalau sampai zero, itu yang kita harapkan. Tapi kalau ada hal kecil tak bermakna, saya kira TNI polri telah punya kedekatan selama ini untuk menyelesaikan hal tersebut," jelas Emrus.
Menurutnya, gesekan antara TNI Polri lebih disebabkan adanya oknum satu dengan yang lain. "Jadi tidak ada gesekan antar institusi bahkan pimpinan TNI Polri pun mengambil tindakan tegas, ketika ada oknum di bawahnya melakukan indispliner," katanya.
Emrus menilai, selama ini kepolisian dan TNI sudah baik mengelola gesekan atau kesalahpahaman di dalam perekat hubungan antara dua institusi ini. "Karena dua institusi ini adalah institusi negara kita yang memang memperat persatuan bangsa dan negara," tuturnya.
"Kalaupun ada individu yang kita sebut oknum, saya pikir bisa saja terjadi sebagai manusia bukan sebagai institusi. Karena saya lihat meskipun ada gesekan itu kan persoalan pribadi yang tidak terkait dengan institusi," sambung Emrus.
BACA JUGA:
Dia menyebut permintaan Jokowi itu bersifat arahan sebagai pemimpin negara kepada TNI Polri, bukan pesan komunikasi politik. "Saya kira ini arahan bukan pesan atau komunikasi politik," kata Emrus.
"Karena hubungan antara dua institusi ini sangat bagus, kita harus jujur apresiasi. Tapi yang namanya ada satu dua tiga orang yang ada gesekan, jadi sangat mungkin terjadi antara manusia tapi terlepas dari institusi," imbuhnya.
Guna menghindari gesekan antar individu, Emrus menyarankan, kepada dua institusi ini untuk mengadakan program yang mengharuskan ada kebersamaan di satu bulan pertama pendidikan pada tingkatan awal.
"Sehingga ada kondisi sosial di antara mereka untuk semua tingkatan termasuk di tingkatan perwira, supaya ada kedekatan sosial,” kata Emrus.