Bocah Medan Luqyana Syasya Berpenyakit Kulit Langka Akhirnya Dibawa Pemko Medan ke RS
Bocah Medan Luqyana Syasya yang mengalami penyakit kulit (Instagram bungauliarachman)

Bagikan:

JAKARTA - Bocah Medan Luqyana Syasya akhirnya dibawa Pemko Medan ke rumah sakit. Bocah perempuan ini mengalami penyakit kulit ‘langka’.

?Alhamdulillah doa ayah dan ibu Luqyana Syasya terkabul dan bisa berobat ke rumah sakit. Tim Kesehatan dari Komunitas Peduli Berkah Rachman, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan secara sigap, menjemput secara langsung Luqyana Syasya yang menderita penyakit kulit,” kata Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman lewat Instagram bungauliarachman, Jumat, 9 Juli. 

Luqyana Syasya dijemput dari tempat tinggalnya di  lingkungan 4, Pasar 5, Jalan Rawe 2, Gang Sarino, Martubung, Kecamatan Tangkahan, Medan Labuhan.

Bocah cantik berusia 5 tahun ini adalah anak dari pasangan Dedi Irawan dan Milsah Hayati, warga Mandailing Natal. Sejak beberapa tahun terakhir, mereka menetap di kawasan Medan Labuhan untuk mengobati anaknya yang menderita penyakit kulit.

"Akhirnya harapan keluarga itu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Medan. Jumat siang (9/7), Luqyana di ke rumah sakit, untuk mendapatkan perawatan dan pertolongan medis. Semoga Lekas Sembuh Ya Nak. InsyaAllah sehat dan bisa bermain-main lagi,” kata Aulia Rachman. 

Cerita Tentang Luqyana Syasya

Ayah Luqyana, Dedi Irawan mengatakan anaknya lahir di kampungnya di Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Saat baru lahir, awalnya keluarga menemukan luka kecil di kaki Luqyana, mereka mengira itu luka  karena proses persalinan.

"Sama bidan dikasih obat luka gitu. Tapi seminggu timbul luka lain, naik (sampai) ke atas. Ada benjolan kayak kena knalpot gitu, semakin hari terus, naik lagi ke atas sampai kepala," ujar Dedi, Selasa, 6 Juli. 

Setelah kejadian itu, Dedi yang bekerja di pabrik di Medan, mengajak keluarganya pindah ke Medan. Tepatnya di Kelurajan Tangkahan, Martubung, Pasar 5 Jalan Rawa 2, Gang Sarino. 

Alasan ke Medan karena Dedi khawatir penyakit anaknya disebabkan zat berbahaya dari sungai. Ia menuturkan, saat di kampungnya, mereka tinggal dekat aliran sungai. 

"Ada sungai di belakang rumah mertua dulu, kami tinggal di rumah mertua dulu, sungainya bekas tambang semua. Kalau hujan deras memang aliran hujan ke sungai itu semua perginya," jelas Dedi. 

Selain itu, Dedi juga ingin sang anak, bisa dirawat maksimal di sejumlah Rumah Sakit di Medan. Mulai dari RSUP Adam Malik hingga Rumah Sakit USU mereka sambangi. Namun nahas penyakit Luqyana kian mengganas.

"Seluruh badan sudah (mengelupas),  giginya sudah patah-patah itu, udah busuk. Kukunya udah copot semua. Kuku kaki sama tangan," kata Dedi.

Dari pemeriksaan dokter, kata Dedi anak penyak keduanya tersebut, karena faktor genetik. Namun dia heran mengapa tidak bisa disembuhkan. 

"Kalau dokter rumah sakit bilangnya bawaan genetik, tapi kalau berobat spesialis kulit yang di Jalan Ringroad, katanya auto imun. Tapi sama juga bawaan gen, cuma beda istilahnya aja, penyakit sama," jelas Dedi. 

Setelah berulang kali berobat dan tidak ada perubahan,  kini Dedi, beralih ke pengobatan alernatif. Begitu pun penyakit Luqyana juga tak kunjung sembuh.