2 Bocah Medan Berpenyakit Kulit Parah Dibawa ke RS, Gubsu Edy Duga karena Zat Merkuri Tambang Emas Warga
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi (Satria H/VOI)

Bagikan:

MEDAN - Dua bocah di Medan yang berpenyakit kulit parah dan langka dibawa ke RS Haji Medan. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi mengatakan, saat ini tim dokter yang dibentuknya tengah mengobservasi penyakit kedua bocah itu. 

Gubsu Edy menduga 2 bocah berpenyakit kulit parah lantaran terpapar zar merkuri di kampung halamannya, di Kabupaten Mandailing Natal. 

"Kalau kita lihat dari posisi desanya, itu atasnya ada penambang emas. Tapi tak bisa kita ngomong seperti itu, kita lihat nanti, kita bawa ke laboratorium apa itu," kata Gubsu Edy, Senin 5 Juli. 

Gubsu Edy menuturkan, peristiwa serupa banyak dialami warga yang bertempat tinggal di kawasan tambang emas di Kabupaten Mandailing Natal.

"Banyak, tapi konteks tidak seperti itu. Dia (lahir) langsung tidak berkaki, kepala rusak. Kalau ini kan dia awal mulanya seperti biasa, sempurna. Tapi terus lambat laun seperti itu," jelasnya. 

Setelah melihat kondisi Haykal dan Zakira, Gubsu Edy kurang yakin penyakit itu tidak disebabkan faktor genetik. Karena itu, Gubsu Edy akan menunggu hasil diagnosa dokter untuk mengambil langkah medis selanjutnya. 

"Kemungkinan ada sesuatu, itu alternatif ya, ya kedua kemungkinan genetik. Kalau genetik, orang tuanya keduanya sempurna, tidak ada apa-apa. Ini yang akan kita pastikan ada apa sehingga kita bisa ambil langkah-langkah penyembuhan," ujarnya. 

Menurutnya tambang emas di kawasan Kabupaten Mandailing Natal banyak dimiliki oleh masyarakat. Karenanya pihaknya tidak bisa mengawasi keberadaan aktivitas tambang itu. 

"Tidak ada perusahaan, itu masing-masing.  Begitu, itu sebenarnya kita sedang dalam komunikasi dengan rakyat yang melakukan tambang, penambangan," sebutnya. 

Karena itu, pihaknya kini tengah melakukan komunikasi dengan warga setempat untuk tidak lagi melakukan aktivitas tambang emas. 

"Kita alihkan pendapatan rakyat yang selama ini menambang, kita hentikan tambang itu. Setelah itu yang mau bertani kita siapkan, yang mau beternak kita siapkan, yang mau perikanan kita siapkan. Itu dalam kondisi kita mengajak masyarakat, karena tambang menggunakan merkuri itu membahayakan, dan buktinya sudah banyak," ujarnya.