Bagikan:

JAKARTA - Dewan Pengawas LPP TVRI resmi mengangkat Iman Brotoseno pengganti Helmy Yahya sebagai Direktur Utama Pengganti Antar Waktu (PAW) periode 2020-2022 pada Selasa, 26 Mei. Belakangan, pengangkatan Iman sebagai Dirut LPP TVRI menjadi polemik. Salah satu hal yang disorot adalah karena dia pernah menjadi kontributor bagi majalah Playboy Indonesia.

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengkritik terpilihnya Iman oleh Dewan Pengawas LPP TVRI. Menurut dia, Dewas LPP TVRI sebaiknya merivisi keputusan pemilihan Imam. Sebab, dia menganggap Dewas TVRI tidak melihat dan mempertimbangkan etika berbangsa dan bernegara seperti yang termaktub dalam TAP MPR Nomor VI/2001.

"Dewas harus menjelaskan hal tersebut secara gamblang. Bahkan kalau perlu segera merevisi keputusannya. Kok bisa rekam jejak komperhensif calon dirut luput dari perhatian dalam proses pemilihan jabatan publik yang strategis dan dibiayai oleh APBN," kata Hidayat seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat, 29 Mei.

Dia menambahkan, tiap penyelenggara negara harus taat dengan TAP MPR RI tersebut. Sementara, karena Iman pernah menjadi kontributor majalah Playboy Indonesia, maka salah satu poin soal etika sosial dan budaya termasuk budaya malu sudah tak terpenuhi.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menyebut, keterpilihan Iman dengan rekam jejaknya itu malah akan membuat kegaduhan dan keresahan di tengah masyarakat saat pagebluk COVID-19.

Hidayat menilai masih banyak kalangan profersional lainnya selain Iman yang dianggap punya rekam jejak lebih baik untuk membuat TVRI makin berkembang.

"Kenapa bukan itu orientasi keputusan Dewas TVRI? Padahal kalau itu yang jadi kebijakan Dewas TVRI, tentu akan didukung oleh masyarakat dan membantu menyelesaikan masalah di TVRI," tegasnya.

Bantahan Iman

Iman mengakui pernah jadi kontributor foto dan artikel di berbagai majalah, termasuk Playboy Indonesia, periode 2006-2009. Tapi, dia membantah, karyanya selama itu mengandung unsur pornografi.

"(Artikel dan foto) salah satunya pernah dimuat hanya satu kali di majalah Playboy Indonesia dengan judul 'Menyelam di Pulau Banda'. Tulisan ini fokus mengulas wisata bahari dan sama sekali tidak ada unsur pornografi," kata Iman dalam keterangan tertulisnya. 

Dia menjelaskan, majalah Playboy Indonesia sangat berbeda dengan versi yang ada di luar negeri. Lagipula, sebelum bermasalah kemudian ditutup, banyak penulis dan tokoh nasional yang diwawancara di majalah tersebut. Hal ini, sambung Iman, juga tak kemudian menghilangkan integritas penulis dan tokoh nasional tersebut.

"Karena substansinya tidak terkait pornografi. Bahkan sikap Dewan Pers ketika itu menilai terhadap putusan MA yang memvonis Erwin Arnada sebagai Pemred majalah Playboy Indonesia pada tahun 2010. Dewan Pers secara tegas menolak menyebutkan majalah Playboy Indonesia melanggar pasal pornografi," tegasnya.

"Bahkan, Dewan Pers menilai putusan tersebut merupakan bentuk kriminalisasi pers," imbuh Iman.

Iman menerangkan, dirinya tak pernah berbohong dan menutupi apapun dari masa lalu. Apalagi, dia paham, di era masa kini, semua orang pasti memiliki rekam jejak digital.

"Setiap orang memiliki rekam jejak masa lalu termasuk bagaimana percakapan di media sosial. Apapun itu, setiap orang tentu memiliki masa lalu, termasuk kesalahan yang dilakukan tanpa sengaja. Saat 14 tahun lalu, saya sebagai pekerja seni tidak menyangka bahwa saya akan menduduki jabatan publik di TVRI," ungkapnya.

Setelah dilantik, Iman akan bekerja sebaik mungkin, dimulai dengan menyelesaikan permasalah internal terlebih dahulu. Utamanya masalah urusan tunjangan kinerja karyawan, khususya mengenai rapel tunjangan kinerja yang merupakan hak karyawan.

Selain itu, TVRI juga akan segera menyelesaikan pengisian jabatan struktural yang masih kosong hingga saat ini. Tujuannya, agar penyelenggaraan lembaga penyiaran ini bisa lebih lancar ke depannya.

"Saya akan fokus bekerja sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat  bangsa dan negara," pungkasnya.