Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, berpesan agar masyarakat Indonesia menjaga hatinya untuk tidak berperilaku jahat kepada orang lain. Terlebih, di tengah pandemi COVID-19 mengganas dengan banyak korban meninggal.

"Banyak unknown kita, makanya makin tua itu sudah mulai senior itu jangan terlalu gampang jahatin orang," ujar Luhut kepada Deddy Corbuzier lewat podcast Youtube, Selasa, 6 Juli.

Pasalnya, kata Luhut, semua manusia akan merasakan hal yang sama, yaitu kematian. Sehingga perkataan dan perbuatan harus senantiasa dijaga.

"Kalau kamu pergi melayat orang yang check out (meninggal, red), letter saya akan begitu, jadi jangan jahatin orang, gunakan hatimu yang paling dalam sebelum kamu ngomong," katanya.

Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 itu pun mengaku miris dengan orang-orang yang dengan sembarangan menuding pemerintahan saat ini, khususnya kepada Presiden Jokowi. Paling menyedihkan, para mahasiswa yang merupakan intelektual muda penerus bangsa menyebut 'Jokowi, the King of Lip Service'. 

"Banyak saya lihat nganuin Pak Jokowi, padahal setelah lihat belakangnya gak jelas juga ini barang. Kritik Pak Jokowi bilang begini begini, siapa sih? Saya sedih anak-anak mahasiswa. Makanya saya bilang kita senior jangan mendidik anak-anak kita seperti kelakuan kita yang ndak baik. Kita harus didik mereka jadi generasi penerus yang baik. Jangan karena ambisi kita tidak tercapai lantas kita ajak anak muda jadi rusak seperti kita," terangnya.

Politikus senior Partai Golkar itu menyarankan, agar kritik yang dilontarkan juga harus ada tata kramanya.

"Sekali-kali merenunglah, apalagi saya umur 60 k eatas 'Kalau gua diginiin marah nggak sih, sakit nggak sih'. Makanya saya bilang sebagai senior ayo kita merenung kalau kita bisa jadi tauladan di lingkungan masyarakat," ajaknya.

Selama di pemerintahan, Luhut mengaku, tidak jarang mendapat kritik yang kurang enak didengar.

"Apa kurangnya saya dikatain? Waduh. Tapi saya bilang sepanjang saya gak bikin apa-apa kan, ya emang gua pikirin. Istri saya justru yang bilang 'Eh, Pah. Kalau sudah selesai ini jangan lagi jadi menteri-menteri, ya. Capek'. Saya bilang 'Yes, 2024 saya nggak mau lagi'," ungkap pria yang lahir pada 28 September 1947 itu.

Dia kembali menegaskan, di  tahun 2024 mendatang dirinya tidak bersedia menjabat sebagai menteri. Menurutnya, sudah waktunya ia mengabdi kepada negara melalui jalur lain.

"Nggak mau. (Sudah, red) 77 tahun saya kalau Tuhan kasih umur panjang. Kita mesti tahu kapan kita waktunya berhenti. Kan banyak pengabdian lain," jelas Luhut.

Dia mengingatkan, mengabdi kepada negara Indonesia tidak perlu menjadi presiden atau menteri. Sehingga tidak perlu orang berjibaku dan ribut-ribut lantaran belum atau gagal menjadi kepala negara.

"Jadi orang tuh harus jadi presiden biar bisa ngabdi. Ngapain nunggu jadi presiden! Ngabdi itu bisa jadi apa saja. Ini semua kalau nggak jadi presiden langsung mati? Mati pakai status nggak tuh? Kubur pakai tanah juga," kata Luhut.