Bagikan:

SURABAYA - Aliansi Pelajaran Surabaya (APS) mendukung pembelajaran tatap muka (PTM) tetap dilaksanakan pada Juli mendatang. APS menolak jika sekolah tatap muka kembali diganti pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring.

"Kalau PJJ diteruskan maka Merdeka Belajar hanyalah omong kosong belaka bagi pelajar. Toh pelajar akhirnya hanya dihujani dengan tugas, tugas, dan tugas tanpa adanya komunikasi intensif dan interaktif dari gurunya," kata Ketua APS, Mirza Akmal Putra, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 29 Juni.

Mirza menganggap PJJ atau pembelajaran daring tidak maksimal, karena tidak meningkatkan kualitas pendidikan dan pelajar.  Bahkan, PJJ hanya memberikan beban, baik itu beban mental ataupun fisik kepada pelajar. 

"PJJ membuat seakan hubungan harmonis antara guru dan pelajar sirna," katanya. 

Berdasarkan survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dari 1700 pelajar terdapat 76,7 persen pelajar mengaku tidak senang belajar dari rumah. Lalu 73,2 persen diantaranya menyatakan bahwa tugas yang diberikan cukup berat, dan 79,9 persen pelajar ingin ada interaksi dengan guru.

"Pelajar itu jangan didiamkan dan ditakuti dengan COVID-19. Justru dengan PTM inilah pelajar dapat teredukasi secara efektif tentang covid-19. Jangan hanya berkelakar tentang bahaya COVID-19, kemudian menjadikan pelajar sebagai korban sistematika pendidikan," kata Mirza.

Mirza berharap Satgas COVID-19 mulai menyentuh para pelajar di sekolah dengan membentuk Satgas COVID-19 di setiap sekolah. Di mana Satgas COVID-19 di sekolah ini wajib berisikan pelajar di sekolah tersebut, dan guru sebagai pendampingnya.

"Saya rasa OSIS, PMR, UKS, Rohis, dan Pramuka bisa digerakkan untuk melakukan sebagai Satgas COVID-19. Jadi, pelajar juga tergerak untuk melindungi diri sendiri, teman, dan keluarga besar sekolahnya. Bukan hanya dilarang begini begitu, dimarahi, dan dibatasi gerak geriknya. Pelajar harus sungguh-sungguh merdeka," katanya.