Bagikan:

JAKARTA - Presiden Chili Sebastian Pinera pada Hari Senin mengumumkan dana tambahan penanganan pandemi virus corona sebesar 2 miliar dolar Amerika Serikat.

Pinera mengatakan, dana itu akan digunakan untuk membeli lima juta dosis vaksin lagi, memperkuat fasilitas perawatan primer dan kemampuan pengujian, penelusuran dan pengurutan genom virus. 

"Pertarungan melawan COVID-19 belum berakhir dan tidak ada yang tahu kapan itu akan berakhir," jelas Pinera saat briefing kesehatan, seperti mengutip Reuters Selasa 29 Juni. Chile merupakan salah satu negara yang unggul dalam kecepatan pemberian vaksin COVID-19 di dunia. 

Chili meningkatkan kewaspadaan terkait dengan varian Delta virus corona yang lebih menular, setelah pekan lalu mengonfirmasi kasus varian tersebut pekan lalu dan menyebabkan lonjakan penularan di tempat lain. 

Meskipun mengalami jeda dalam kasus-kasus setelah gelombang kedua yang sengit, Kepala Kesehatan telah memperketat pemeriksaan kesehatan di perbatasan dan mendesak orang untuk memakai masker yang lebih tebal.

Chili telah memvaksinasi 82 persen dari 15 juta populasi targetnya dengan setidaknya satu dosis, serta 70 persen divaksinasi penuh terhadap COVID-19. Minggu ini, vaksinasi menyasar mereka yang berusia di bawah 18 tahun hingga 12 tahun.

Pinera mengatakan, Chili akan segera memvaksinasi anak-anak berusia tiga hingga 11 tahun segera setelah persetujuan peraturan diberikan.

Studi menunjukkan, dua dosis vaksin Pfizer atau AstraZeneca, keduanya digunakan di Chili, secara luas efektif melawan varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India dan sekarang mengamuk di seluruh dunia.

Pertanyaan telah diajukan tentang apakah CoronaVac Sinovac Biotech, yang terutama digunakan di Chili dapat melindungi terhadap varian yang juga dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah.

Pekan lalu, seorang peneliti di Pusat Pengendalian Penyakit China mengatakan, antibodi yang dipicu oleh dua vaksin COVID-19 China yang tidak disebutkan namanya kurang efektif melawan Delta dibandingkan varian lainnya, meskipun masih menawarkan perlindungan.

Juga pekan lalu, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan vaksin COVID-19 China 'telah menunjukkan dirinya tidak memadai', menunjuk pada pengalaman Chili sebagai bukti.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Chili Enrique Paris mengatakan PM Draghi harus mengoreksi dirinya sendiri, bersikeras bahwa vaksin Sinovac efektif.

"Ini benar-benar mengganggu saya, otoritas Eropa mengatakan vaksin tidak bekerja di sini tanpa memiliki informasi ilmiah untuk mendukungnya," kritik Paris.

Terpisah, Kepala Kesehatan Masyarakat Paula Daza mengatakan, sangat mungkin Chili akan mengeluarkan dosis ketiga kepada warganya, berpotensi vaksin yang berbeda dari suntikan mereka sebelumnya.

"Itu mungkin cara untuk meningkatkan efektivitas vaksin," tukasnya.