Bagikan:

JAKARTA - Penggunaan alat tes GeNose C19 tengah dipermasalahkan. Muncul anggapan alat tes COVID-19 buatan UGM tidak akurat karena ada kasus positif palsu dan negatif palsu dari tes tersebut.

Pakar biologi molekuler dari Universitas Yarsi, Ahmad Rusdjan Utomo mengaku mendengar kabar tersebut. Ahmad meminta Kementerian Kesehatan menyetop izin edar GeNose sebagai salah satu syarat pelaku perjalanan transportasi, mulai dari bandara hingga stasiun.

"Coba pemerintah moratorium penggunaan GeNose dulu, kaji dulu, pakai dulu aja alat skrining yang standar seperti antigen dan PCR. ini untuk keselamatan masyarakat juga," kata Ahmad kepada VOI, Selasa, 22 Juni.

Ahmad tak meragukan klaim UGM soal keakuratan GeNose mencapai 90 persen dalam memeriksa virus corona. Namun, saat ini belum ada hasil validasi dari pihak eksternal untuk menguji hal itu.

Padahal, sejak bulan Februari lalu, ada tiga kampus yang akan melakukan validasi eksternal GeNose. Kampus tersebut adalah Universitas Indonesia, Universitas Andalas, dan Unair.

"Saya sangat berharap ada hasil validasi eksternal dari pihak kampus itu agar objektif klaim akurasinya 90 persen," ujar dia.

Apalagi saat ini terjadi lonjakan kasus COVID-19 disertai dengan munculnya varian baru virus corona yang lebih cepat menular. Jika hasil tes negatif COVID-19 sebagai syarat pelaku perjalanan tidak akurat, Ahmad mengkhawatirkan akan terjadi lonjakan kasus yang lebih besar. 

"Virus kan ngikutin manusia. Lalu kita bicara perjalanan jauh antarkota, antarprovinsi, antarpulau. Berarti, orang yang mau pergi jauh itu harus betul-betul di-screening dengan tes yang bisa diandalkan," ucap Ahmad.

Dengan adanya validasi eksternal, pemerintah bisa menjadikan dasar penggunaan GeNose sebagai syarat pelaku perjalanan tepat dilakukan atau tidak. "Kalau hasil uji validasi eksternalnya sama dengan klaim UGM, berarti masalahnya bukan di GeNose," imbuhnya.

Sebagai informasi, GeNose adalah alat skrining cepat buatan anak bangsa yang tesnya berbeda dengan tes antigen atau swab. Tes yang dilakukan dengan GeNose berbasis embusan napas.

GeNose terhubung dengan sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan artifisial untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. 

GeNose memiliki kelebihan yakni bisa mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah, yakni mulai dari Rp20 ribu. Disebut-sebut, akurasi untuk mendeteksi COVID-19 menggunakan GeNose di atas 90 persen.

Nantinya, sampel embusan napas pasien yang diambil dengan menggunakan GeNose, apabila hasilnya positif tetap harus divalidasi dengan menggunakan uji standar swab PCR Test.