Bulog Serap 15.000 Ton Gabah dari Petani Tiap Hari untuk Cadangan di Masa Pandemi COVID-19
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, ketersediaan bahan pokok di tengah pandemi virus corona atau COVID-19 dalam keadaan cukup. Untuk memenuhi ketersediaan bahan pokok, utamanya beras, Perum Bulog terus melakukan penyerapan gabah dari para petani.

Dalam sehari, kata dia, Perum Bulog menyerap 15 ribu ton beras dari petani di berbagai wilayah di Indonesia. Angka ini, diyakini akan bertambah di bulan Juni saat para petani masuk masa panen.

"Kami mempertahankan penyerapan gabah dan beras dimana Perum Bilog melakukan penyerapan kurang lebih 15 ribu ton per hari. Mudah-mudahan puncaknya di Juni kita bisa menyerap 25 ribu ton per hari," kata Tri dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube BNPB, Minggu, 17 Mei.

Penyerapan ini, kata dia, juga dilaksanakan dalam rangka mempertahankan ketersediaan cadangan beras pemerintah sebesar 1 juta hingga 1,5 juta ton.

Menjaga harga gula

Selain itu, Perum Bulog melakukan penyebaran stok gula ke berbagai wilayah di Indonesia. Dengan cara ini, Tri yakin, harga gula bisa terkendali bahkan bisa ditekan hingga Rp12.500 hingga Hari Raya Idulfitri mendatang.

Dia juga mengatakan, Perum Bulog gencar melakukan operasi pasar untuk menjaga harga gula. Dalam tiap operasi pasar ini, Bulog mengeluarkan 2-3 ton tiap harinya.

"Sehingga kami yakin dengan operasi pasar ini maka Bulog bisa menarik harga ke arah mendekati Harga Eceran Tertinggi (HET) dan ini kami berlakukan di seluruh wilayah sehingga satu harga Rp12.500," tegasnya.

Berkaitan dengan adanya informasi defisit gula di tujuh provinsi di Indonesia, Tri menjelaskan pendistribusian gula di wilayah tersebut sudah dilaksanakan. Adapun tujuh provinsi itu adalah Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, serta Papua Barat.

"Terkait defisit di tujuh provinsi yang sempat viral, hanya dua hari setelah dipublikasikan ada tujuh daerah sudah kami laksanakan (pendistribusian). Alhamdulillah, saat ini sudah tersedia semua. Jadi tidak perlu khwatir," tuturnya.

Ilustrasi (irfan Meidianto/VOI)

Pasokan bahan pangan

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan bahwa pasokan bahan pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Hari Raya Idulfitri atau Lebaran. Sehingga, diharapkan masyarakat tidak perlu khawatir.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, aktivitas perdagangan di pasar tradisional dan ritel modern tetap beroperasi normal dengan tetap mengikuti protokol pencegahan penularan virus corona atau COVID-19. Meski begitu, dia meminta, masyarakat tidak berbelanja berlebihan atau panic buying.

"Tetap jangan panic buying dan berbelanjalah seperlunya karena saya menjamin seluruh barang yang tersedia dengan jumlah yang cukup serta harga terjangkau," katanya, dalam video conference bersama wartawan, Kamis, 14 Mei.

Selain Mendag Agus, Menteri Koordinator Bidang Perekonimian Airlangga Hatarto mengatakan, jelang Lebaran untuk beberapa komoditas pangan harganya tetap atau stabil. Kalaupun terjadi kenaikan atau penurunan harga adalah tidak signifikan.

Ilustrasi (irfan Meidianto/VOI)

Airlangga menjelaskan, ada beberapa komoditas yang mendapat perhatian khusus seperti gula pasir, dan bawang. Harga gula putih di pasaran mencapai Rp17.000- Rp17.500, harusnya Rp12.500. Sementara, harga bawang berkisar Rp51.950 per kilogram (Kg), padahal acuannya Rp32.000.

"Terkait harga gula ada beberapa impor yang jadwalnya tertunda, karena ada beberapa negara yang melakukan lockdown. Namun, kami juga akan mengalihkan gula rafinasi kepada pasar, jadi harga akan bisa ditekan ke bawah," tuturnya.

Lebih lanjut, Airlangga mengatakan, berdasarkan data yang ada untuk bawang putih, rencana impor sudah masuk di lapangan. Sedangkan, untuk bawang merah tidak ada rencana impor.

"Karena (bawang merah) ada daerah di Indonesia yang mampu berproduksi besar," katanya.

Menurut Airlangga, pada April 2020 ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi deflasi pangan sebesar 0,13 persen, dan ini menunjukkan permintaan menurun. Tetapi, inflasi bahan pangan pada April 2020 yang sebesar 5,04 persen, lebih tinggi daripada inflasi pada periode sama tahun lalu yang sebesar 2,29 persen.

"Jadi, ini masalah distribusi yang perlu didorong (dari sentra produksi ke konsumen). Saya juga ingin mengingatkan untuk (oknum) yang memanfaatkan situasi (menaikkan harga bahan pangan) sudah dimonitor oleh Satgas Pangan, termasuk soal pelelangan gula," tutupnya.