JAKARTA - Populasi Elang Jawa tercancam punah. Bagaimana tidak, saat ini satwa liar endemik ini jumlahnya diperkirakan hanya 300-500 ekor dan terjadi penurunan terus. Elang ini hanya ada di Pulau Jawa.
Namun, kabar gembira datang dari Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak I, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor. Dimana pada pertengahan bulan April 2020, telah lahir lagi seekor anak Elang Jawa (Nisaetus bartelsi).
Kelahiran ini secara rutin dipantau oleh team monitoring Elang Jawa Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
"Kami menamainya Wira, anak pasangan dari Beti dan Jalu ini. Wira kami temukan telah lahir pada tanggal 2 Mei 2020 dan diperkirakan telah berumur sekitar tiga minggu," kata Kepala Balai TNGHS Ahmad Munawir dikutip Sabtu 16 Mei.
Wira saat ini sudah mulai sering mengepakan sayap dan belajar terbang di sarang. Warna bulu di tubuh dan sayapnya mulai berwarna coklat. Jambul di kepalanya juga mulai tumbuh. Wira sudah bisa mulai mematuk dan coba mencabik-cabik mangsa pakan yang dibawa induknya, tetapi dalam proses makannya masih disuapi oleh sang induk.
Elang Jawa merupakan salah satu dari tiga spesies kunci di TNGHS dan sebagai satwa endemik Pulau Jawa. IUCN mengkategorikan Elang Jawa sebagai jenis satwa terancam punah dan Pemerintah Indonesia menetapkan Elang Jawa sebagai jenis satwa dilindungi.
"Elang Jawa hanya mengalami satu kali masa berkembangbiak dalam dua tahun itupun jumlah telurnya hanya satu butir sehingga secara alami memiliki populasi yang rendah. Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya," ujar dia.
Di dalam ekosistem, Elang Jawa mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum, habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/ berbatasan dengan ecotone.
Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini.
Kata dia, tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 telah ditemukan 11 sarang aktif Elang Jawa di kawasan taman nasional ini. Antara lain, delapan sarang di kawasan Gunung Salak dan tiga sarang di kawasan Gunung Halimun.
Dari 11 sarang Elang Jawa yang ditemukan, tercatat hampir di seluruh sarang mengalami success breeding kecuali satu sarang yang berada di Blok Pasir Ngantuk, Resort PTNW Kawahratu, Seksi PTNW III Sukabumi (di kawasan Gunung Salak).
Berdasarkan hasil pengamatan, sarang yang berada di Blok Bitung Lega, Resort PTNW Gunung Salak I, Seksi PTNW II Bogor (di kawasan Gunung Salak) yang paling banyak success breeding. Tercatat sebanyak tiga kali mulai dari awal tahun 2015, tahun 2016, dan yang terbaru lahir pada pertengahan bulan April 2020.
"Sebenarnya pada tahun 2018 pasangan Induk Elang Jawa yang kami berinama Beti (untuk Induk Betina) dan Jalu (untuk Induk Jantan) bertelur juga, namun tidak menetas," ungkapnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, pada tahun 2019 telah lahir Elang Jawa di bagian Utara Barat Gunung Salak bernama Sabeni. Sedangkan tahun ini telah lahir juga di bagian puncak Utara Timur Gunung Salak bernama Wira.
"Semoga kelak keduanya dapat menjalankan tugas sebagai penguasa langit Gunung Salak bagian Utara, sehingga keseimbangan ekosistem di kawasan ini dapat terjaga dengan baik," kata dia.