JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto memaparkan, terjadi penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 387 pasien. Sehingga, total sercara akumulatif mencapai 14.032 orang terjangkit.
Tapi, masih ada kabar baik yang diterima. Dimana berdasarkan data kasus sembuh juga bertambah 91 pasien. Sehingga jumlah keseluruhan yang sembuh sebanyak 2.968 orang. Sedangkan, kasus meninggal bertambah 14 orang sehingga menjadi 973 orang.
Nah, untuk orang dalam pemantauan (ODP) bertambah 1.843 orang dengan jumlah keseluruhan 248.690 orang. Sementara, untuk pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 30.317 orang dengan jumlah penambahan sebanyak 627 orang.
Data itu didapat setelah pemerintah melakukan pemeriksaan spesimen untuk mendeteksi penyebaran COVID-19. Sekitar 158.273 spesimen yang berasal dari 113.452 orang sudah diperiksa.
Pemeriksaan spesimen itu dilakukan dengan dua metode, yakni, real time polymerase chain reaction (PCR) sebanyak 157.769 spesimen dan tes cepat molekuler (TCM) sekitar 504 spesimen.
BACA JUGA:
Penyebaran Virus Corona Sukar Diprediksi
Masih tingginya angka kasus positif, menunjukan penyebaran COVID-19 masih marak terjadi. Sehingga, pemerintah sulit memperdiksi pola penyebaran virus mematikan ini.
"Di beberapa daerah juga masih belum terbentuk pola grafik yang konsisten yang susah untuk kami tebak dari hari ke hari," ucap Yuri di Graha BNPB, Jakarta, Minggu, 10 Mei.
Berdasarkan data yang dikumpulkan selama ini, kasus positif memang bertambah setiap harinya. Tetapi, jika merujuk pada jumlah penambahan, angkanya selalu berubah, tidak konsisten atau fluktuasi.
"Di beberapa daerah ada juga yang tidak konsisten. Beberapa hari kami melihat penambahan jumlah kasus tidak banyak tetapi di beberapa hari terakhir terjadi penambahan yang cukup signifikan," ungkap Yuri.
Untuk itu, penting bagi masyarakat agar selalu menaati anjuran dari pemerintah dalam mencegah penyebaran COVID. Sebab, belum ada vaksin atau obat untuk menyembuhkan.
Penggunaan masker sangat penting bagi seseorang yang sakit ataupun tidak. Hal ini untuk mencegah penularan dari orang tanpa gejala (OTG). Sebab, berdasarkan data potensi penularan mencapai 70 persen.
"OTG yang kemudian tidak menggunakan masker dan berada dilingkungan orang lain maka 70 persen peluangnya dia untuk menularkan penyakitnya ke orang lain. Namun apabila dia menggunakan masker maka secara drastis angka persentase kemungkinan menularkannya tinggal 5 persen," papar Yuri.
Penyebabanya, tentu karena pola penyebaran COVID-19 dengan metode drop plate. Para OTG tak akan sadar jika percikan ludah saat berbicara sangat berpotensi terjadinya penularan virus
"Karena semua droplet percikkan ludah dia pada saat Bicara Pada saat batuk pada saat bersin tertahan oleh maskernya. Sehingga tidak hanya menyebar langsung ke orang lain tapi juga tidak mencemari benda-benda di sekitarnya," pungkas Yuri.