JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) masih melakukan evaluasi internal soal pengusungan calon dalam Pilpres 2024. PAN belum memutuskan apa akan mengusung calon sendiri atau mendukung calon dari partai lain.
Hal itu diungkap Sekjen PAN Eddy Soeparno dalam sebuah diskusi virtual yang digelar Sabtu, 5 Juni. "Pemilu jadi fokus dan target bagi partai politik. Bagi PAN tentu tetap akan evaluasi secara internal terkait potensi kita untuk berpatisipasi di Pilpres 2024," kata Eddy.
"Kembali lagi, bagi sebuah partai politik merupakan kebanggaan tersendiri ketika kadernya bisa maju dalam perhelatan pilpres," tambahnya.
Eddy mengatakan partainya sudah punya rekam jejak mengusung calon sendiri di pilpres tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, pada pilpres 2004, mengusung Amien Rais. Kemudian, 2014 mengusung Hatta Rajasa menjadi cawapres.
"Tentu kita akan lihat elektabilitas dari kader-kader kita jelang Pilpres. Tetapi bagi PAN, kami fokus bagaimana kader-kader kita bisa kerja. Sekarang fokus turun ke lapangan menangani COVID-19, agar kita bisa buktikan parpol kita miliki kepedulian yang sangat tinggi dan bekerja untuk rakyat," tuturnya.
Lebih lanjut, Eddy mengatakan di beberapa survei tingkat kepercayaan rakyat kepada partai politik dan DPR rendah. Karena itu, dia menilai langkah ini adalah salah satu cara terbaik bagi partai politik hadir di tengah-tengah masyarakat.
Untuk PAN, menurut Eddy, masalah pemilu tidak hanya sekadar fokus ke pilpres, tetapi bagaimana meningkatkan perolehan suara di Pemilu 2024. Kemudian, pembahasan berikutnya adalah berapa paslon sih dalam Pilpres 2024.
"Itu yang mungkin saya bisa buka sedikit posisi PAN terkait pembahasan Pilpres 2024," ucapnya.
BACA JUGA:
Berdasarkan hasil survei nasional, ada tiga calon presiden dengan elektabilitas tertinggi. Menurut Eddy, dari hasil survei akhir-akhir ini tiga nama tokoh tersebut tidak bergerak. Artinya, tidak ada yang menggeser posisi mereka. Ketiga tokoh ini adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
"Kalau bergerak ya di antara mereka sendiri saja, tidak ada yang dari posisi 4 dan 5 ke ke top three. Kita lihat Prabowo ketua partai, Ganjar kader tulen parpol tapi bukan pengambil kebijakan utama partai. Anies tidak punya partai. Jadi ini ada 3 calon yang telah punya elektabilitas tinggi dengan karakter berbeda satu dengan lainnya," ucapnya.
Berkaca dari survei ini, Eddy mengatakan simulasi koalisi parpol di 2024 ini perlu dicermati. Apakah nasionalis akan isi ruang nasionalis semata, atau perkawinan nasionalis dan relijius, atau relijius berdiri sendiri.
"Ini perlu dicermati ke depannya, apa kehendak masyarakat, dan tentu kita melihat bagaimana parpol melakukan pembahasan di antara mereka, untuk melahirkan koalisi-koalisi itu ke depannya," tuturnya.
Terkait calon, Eddy mengatakan simulasi saat ini tidak terlepas dari realita yang ada. Ia menduga mungkin ada bisik-bisik poltiik, pembahasan di antara tokoh-tokoh politik untuk menyandingkan A dan B atau A dan E.
"Kami ingin sampaikan paslon yang mau diajukan itu yang idealnya tidak sekadar untuk menang capai garis finish 2024, tapi mampu kerja sama untuk jangka waktu ke depan, saling menunjang, dan saling mengisi satu sama lain," jelasnya.