JAKARTA - Pemerintah Jepang menyebut penahanan kapalnya oleh otoritas Rusia tidak bisa diterima. Untuk itu, Jepang memilih mengajukan protes diplomatik, Kamis 3 Juni waktu setempat.
Selain itu, Pemerintah Jepang meminta kapal dan seluruh awaknya yang ditangkap pada 28 Mei di Laut Okhotsk tersebut segera dibebaskan, karena dinilai masih berada di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif Jepang.
Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) mengumumkan penangkapan sebuah kapal penangkap ikan berbendea Jepang, di kawasan Laut Okhotsk, setelah berupaya melarikan diri.
FSB menyebut, selama pemeriksaan kapal, ditemukan kepiting hidup, produk kepiting beku, dan peralatan perdagangan di atas kapal. Menurut laporan itu, kapal itu bermanuver dengan berbahaya selama pengejaran, menciptakan bahaya tabrakan ke kapal kontrol perbatasan Rusia. Selanjutnya, kapal tersebut ditahan dan dibawa ke pelabuhan Korsakov untuk penyelidikan.
"Menurut informasi kami, kapal itu beroperasi di zona ekonomi eksklusif Jepang. Kami mengajukan protes melalui saluran diplomatik di Moskow, Yuzhno-Sakhalinsk, dan Tokyo karena tindakan pihak Rusia tidak dapat diterima. Kami menuntut pembebasan kapal dan awaknya secepatnya," terang Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato, seperti melansir TASS Kamis 3 Juni.
Kendati demikian, Kato menyebut sebanyak 14 awak kapal Eiho Maru (172) yang ditahan tidak memiliki masalah kesehatan. Mereka juga mendapatkan makan dan minum yang teratur.
Sementara itu melansir Kyodo News, sebuah koperasi perikanan yang berbasis di Wakkanai, tempat Eiho Maru berada, membantah klaim tersebut, dengan mengatakan data navigasi menunjukkan kapal pukat itu beroperasi di ZEE Jepang.
Sebelum penahanan, Eiho Maru yang memiliki bobot 160 ton melaporkan kepada penjaga pantai Jepang, terkait adanya tembakan dengan menggunakan zat untuk gas air mata ke arah mereka oleh pihak Rusia.
BACA JUGA:
Sementara, otoritas perbatasan Rusia mengatakan, tembakan peringatan dikeluarkan untuk menghentikan kapal saat berusaha melarikan diri dari salah satu kapal patroli.
Untuk diketahui, insiden itu terjadi beberapa hari setelah kapal nelayan Jepang lainnya bertabrakan dengan kapal Rusia dan terbalik di Hokkaido, menyebabkan tiga awak tewas.