Bagikan:

JAKARTA - Penyebaran virus corona atau COVID-19 menjadi masalah serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Proses penularan yang cepat hingga tingginya angka kematian menjadi salah satu penyebabnya. Berbagai upaya pencegahan sudah dilakukan. Namun, butuh kesadaran dari masing-masing individu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo mengatakan, upaya apapun dari pemerintah untuk menekan angka penyebaran virus ini akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat dalam menjalankan kebijakan tersebut. 

"Salah satu cara yang harus kita aktifkan pertama adalah meningkatkan kesadaran, bahwa ini bukan hal yang main-main. Kita tahu tantangan kita adalah bagaimana mengurangi kemungkinan membanjirnya pasien," ucap Imam di Gedung BNPB, Jakarta, Kamis, 23 April.

Di Italia misalnya, minimnya kesadaran masyarakat atas bahayanya virus ini membuat penularannya lebih cepat. Masyarakat masih berkerumun tanpa mengikuti kebijakan jaga jarak aman atau alat pelindung diri. 

Meski Italia merupakan negara maju yang memiliki teknologi kesehatan cukup baik, hal ini tak dapat mencegah penyebaran virus tersebut tanpa dibarengi kesadaran masyarakatnya.

"Seperti melihat peristiwa yang ada di Italia misalnya. Bagaimana negara yang cukup maju tetapi kelabakan di dalam sistem kesehatan mereka, tidak bisa berjalan dengan baik, karena begitu banyaknya pasien yang berduyun-duyun ke rumah sakit," papar Imam.

Berkaca dari Italia, kata Imam, kesadaran masyarakat Indonesia atas bahaya virus ini mesti ditingkatkan. Jika tidak, penularan virus ini di Indonesia akan makin buruk. Apalagi, negara ini memiliki wilayah yang luas 

"Maka dari itu jangan sampai terjadi (di Indonesia), apalagi kalau ini terjadi di desa-desa. Di daerah Jakarta sekarang saja sudah kewalahan, apalagi kalau di kabupaten-kabupaten yang tenaga medisnya sangat terbatas," ungkapnya.

Selain meningkatkan kesadaran, rasa solidaritas jadi penting untuk kondisi saat ini. Apalagi, di masa pandemi ini, banyak masyarakat yang mengalami penurunan sektor ekonomi karena kehilangan pekerjaannya. Imbasnya, tindak kejahatan meningkat serta tekanan hidup bertambah hingga membuat depresi dan bunuh diri.

"Jangan sampai musibah ingin menghindar dari corona kemudian mendatangkan musibah baru, yaitu kelaparan. Kita tidak rela negeri ini kelaparan, agar saudara-saudara kita yang kemudian karena ingin menghindar dari virus tetapi kemudian dia terancam oleh kelaparan itu," tandas Imam.

Kasus konfirmasi positif corona di Indonesia per 22 April mencapai 7.418 kasus. Sementara, pasien sembuh mencapai 913 pasien, sedangkan yang meninggal mencapai 635 pasien.