JAKARTA - Labor Institute Indonesia atau Institut Pengembangan Alternatif Perburuhan Indonesia memperkirakan aksi memperingatai Hari Buruh Internasional pada hari ini berjalan kondusif dan tak berujung kericuhan.
"Perayaan May Day yang diperingati setiap tanggal 1 Mei diperkirakan akan berjalan kondusif. Sebab, May Day pada tahun ini bertepatan dengan bulan suci Ramadan dan saat ini kita masih mengalami situasi pandemi COVID-19," kata Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia Andy William Sinaga dalam keterangannya, Sabtu, 1 Mei.
Andy melihat, dialog antara kepolisian di daerah dengan pimpinan serikat buruh sebelum digelarnya aksi unjuk rasa menjadi penting karena dapat mencegah aksi buruh besar-besaran pada saat perayaan May Day.
"Selain itu, para buruh atau pekerja sudah mulai sadar akan ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan susahnya mencari pekerjaan," ujar dia.
BACA JUGA:
Kondusifitas hubungan industrial lewat aksi buruh yang berjalan damai, menurut Andy, sangat dibutuhkan Indonesia ketika masa pandemi saat ini untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi.
"Sehingga, investor asing tertarik datang ke Indonesia, karena pemerintah telah menata hubungan industrial yang harmonis dan berkesejahteraan," jelasnya.
Pada pagi hari, aksi dimulai dengan kelompok buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).
Kemudian, Gerakan Buruh bersama Rakyat (Gebrak) juga akan turun ke jalan pada sore hari. Mereka terdiri dari serikat buruh, organisasi pelajar-pemuda-mahasiswa, petani, perempuan, dan organisasi aasyarakat sipil.
Di Jakarta, aksi terpusat di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat. Namun, ada aksi lainnya di depan Kementerian Ketenagakerjaan, BUMN, hingga pabrik masing-masing. Di provinsi lainnya juga digelar aksi buruh di lokasi-lokasi sentral.