Bagikan:

JAKARTA - Tragedi tenggelamnya KRI Nanggala-402 mengundang simpati dan duka mendalam masyarakat internasional termasuk Jerman, negara pembuat kapal selam model U-209 yang menjadi basis KRI Nanggala-402 yang diproduksi di Howaldtswerke-Deutsche Werft, Kiel, Jerman.

Setelah Menteri Pertahanan Jerman, Annegret Kramp-Karrenbauer menyatakan belasungkawa dan duka cita, Asosiasi Awak Kapal Selam Jerman (Verband Deutscher Ubootfahrer/ VDU) menggelar upacara peletakan karangan bunga di Monumen Kapal Selam di Kota Möltenort, Jerman, Kamis 29 April.

Penghormatan terakhir kepada awak KRI Nanggala-402 ini diikuti oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno, Presiden dan Dewan Pengurus Asosiasi Awak Kapal Selam Jerman, Presiden Perkumpulan Angkatan Laut Jerman, Dewan Pengurus dan Anggota Korps Kapal Selam Kiel, Komandan Armada Misi, Komandan Skuadron Kapal Selam dan CEO Perusahaan ThyssenKrupp Marine System. 

kri nanggala
Upacara penghormatan terakhir awak KRI Nanggala-402 di Jerman. (Kedutaan Besar Republik Indonesia Berlin, Jerman)

"Kami sangat merasa kehilangan atas kepergian sahabat-sahabat kami. Sebagai sesama awak kapal selam, kami sadar tugas yang kami emban penuh dengan resiko dan bahaya. Segiat apapun kami berlatih, dan secanggih apa pun peralatan yang digunakan, namun kecelakaan adalah hal yang tidak bisa dihindari," ujar Michael Setzer, Presiden Asosiasi Awak Kapal Selam Jerman dalam keterangan tertulis yang diterima VOI Jumat 30 April.

Lebih lanjut ia menerangkan, anggota Asosiasi Awak Kapal Selam Jerman telah memiliki hubungan kolega dan pribadi yang dekat dengan awal KRI Nanggala-402. Bahkan di antara awak KRI Nanggala-402 yang mengalami musibah naas tersebut, dua tahun lalu sempat mengikuti program Pendidikan di Angkatan Laut Jerman dan masih terus menjalin kontak erat. 

"Mereka layaknya Brothers in Arms bagi kami", kenang Setzer. 

Rintik hujan yang turun menambah syahdu suasana penghormatan terakhir, yang berlangsung di tengah suhu 7 derajat celcius, diiringi dengan iringan terompet yang melantunkan lagu 'Ich hatte einen Kameraden' (Saya memiliki seorang sahabat). Lagu yang biasa mengiringi prosesi penghormatan terakhir bagi tentara yang gugur dalam tugas. 

monumen kapal selam jerman
Monumen Kapal Selam di Kota Möltenort, Jerman. (Kedutaan Besar Republik Indonesia Berlin, Jerman)

"Atas nama Pemerintah Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, para keluarga korban, saya mengucapkan terimakasih atas solidaritas tinggi dari Asosiasi Awak Kapal Selam Jerman. Ini adalah satu-satunya upacara penghormatan bagi para pahlawan yang gugur, yang digelar di luar Indonesia. Acara ini menunjukkan hubungan yang erat di bidang pertahanan, kerjasama Angkatan Laut dan people to people dalam konteks kemiliteran antara Indonesia dan Jerman," ujar Duta Besar Oegroseno yang juga penerima brevet kehormatan surveyor dari Pushidros TNI AL.

Untuk diketahui, Monumen Kapal Selam di Möltenort Heikendorf dibangun untuk menghormati para awak kapal selam Jerman yang gugur pada Perang Dunia I dan II. Monumen ini kemudian secara rutin menjadi simbol penyelenggaraan penghormatan tertinggi kepada seluruh awak kapal selam Jerman yang gugur dalam menjalankan tugasnya. 

"Mereka yang gugur telah memberikan tauladan keberanian, loyalitas, chivalry dalam mengemban tugas kepada kita. Doa kita bersama untuk mereka," pungkas Oegroseno.