JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo melaporkan hasil kinerja pemerintah selama sebulan terakhir. Dia menjelaskan pemerintah telah mendistribusikan ratusan ribu alat pelindung diri (APD) kepada tenaga medis yang menangani pasien COVID-19.
"Melengkapi alat keselamatan kesehatan untuk para dokter, para perawat dan tenaga medis lainnya secara maksimal agar terlindungi dari bahaya COVID-19 dengan mendistribusikan 725 ribu APD, 13 juta masker bedah, 150 ribu masker N95," kata Doni dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube milik BNPB, Selasa, 14 April.
Dirinya memahami kebutuhan ketersediaan alat keselamatan kesehatan untuk para dokter dan perawat medis belum terpenuhi secara maksimal. Mengingat kasus pasien positif COVID-19 yang terus bertambah jumlahnya.
BACA JUGA:
Demi memenuhi kebutuhan alat pelindung itu, pemerintah sedang mengenjot produksi APD dengan menggunakan komponen lokal yang bersertifikat World Health Organization (WHO). Selain itu, Doni mengatakan telah menggandeng sejumlah peneliti dan pelaku usaha untuk turut membantu mensukseskan produksi APD untuk menangani pasien COVID-19
"Tim ahli gugus tugas dibantu oleh para peneliti, para periset dari berbagai lembaga, perguruan tinggi dan dunia usaha sedang berupaya memproduksi APD menggunakan komponen lokal dan bersertifikasi WHO serta bisa juga nantinya kedepan memproduksi ventilator," jelas Doni.
Selanjutnya, kata Doni, Gugus Tugas Covid-19 bersama stakeholder terkait juga berupaya meningkatkan kemampuan laboratorium. Tercatat dari semula hanya tiga unit kini bertambah hampir 52 unit laboratorium tersebar di seluruh Indonesia.
"Kami harapkan terdapat 78 unit laboratorium yabg tersebar dan dapat beroperasi dengan baik di seluruh tanah air termasuk telah mendistribusikan 800 ribu rapid test ke seluruh provinsi di Indonesia," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Berkaitan dengan rumah sakit untuk merawat pasien kasus COVID-19, Doni mengatakan sudah ada ratusan rumah sakit yang disediakan, termasuk rumah sakit milik pemerintah, TNI, Polri, Kementerian BUMN dan rumah sakit swasta.
"Saat ini telah siap sebanyak 635 rumah sakit rujukan dengan daya tampung 1.515 ruang isolasi untuk pasien berat dan kritis," ujarnya.
Selain itu, Wisma Atlet Kemayoran juga telah dialihfungsikan sebagai rumah sakit darurat, bagi pasien COVID-19 dengan kondisi ringan hingga sedang. Ada pula RS Darurat yang berada di Pulau Galang dan lokasi observasi di Hanggar Lanud Raden Sadjad, di Kepulauan Natuna yang siap dipergunakan untuk merawat pasien COVID-19.
"Sehingga rumah sakit hanya diprioritaskan kepada pasien berat dan kritis saja sedangkan pasien ringan dapat di rawat di rumah dengan cara diobati berdasarkan petunjuk para dokter," ujarnya.
Selanjutnya, dalam rangka memutus penyebaran COVID-19, Doni mengatakan pihaknya akan terus mengatur dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh petugas medis serta melakukan edukasi, sosialisasi dan mitigasi.
Update Infografis percepatan penanganan COVID-19 di Indonesia per tanggal 14 April 2020 Pukul 12.00 WIB. #BersatuLawanCovid19 pic.twitter.com/7S47niPMYY
— BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) April 14, 2020
Pihaknya akan terus mengajak masyarakat mematuhi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat ini sudah dilakukan di sejumlah wilayah. Sehingga, kelompok yang rentan seperti orang lanjut usia dengan penyakit bawaan seperti hipertensi, gula, asma, dan penyakit lainnya tak kemudian terpapar COVID-19.
Di sisi lain, pemerintah akan memberikan santunan bagi tenaga medis yang meninggal dunia selama bertugas menangani pandemi COVID-19. Besar nilai sumbangan ini tak sebanding dengan pengorbanan tenaga medis yang telah berjuang sebagai garda terdepan kesehatan Indonesia.
"Memberikan santunan kepada petugas medis yang telah gugur dan wafat. Dokter sejumlah Rp250 juta, perawat Rp150 juta dan tenaga medis lainnya Rp100 juta," tutupnya.