JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Hari Senin, Ia akan meminta pertanggungjawaban Iran atas setiap serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi yang didukung Teheran di Yaman, saat pemerintahannya memperluas operasi militer AS terbesar di Timur Tengah sejak Ia kembali ke Gedung Putih.
Menanggapi ancaman gerakan Houthi terhadap pengiriman internasional, AS meluncurkan gelombang serangan udara baru pada hari Sabtu. Pada Hari Senin, kota pelabuhan Laut Merah Hodeidah dan provinsi Al Jawf di utara ibu kota Sanaa menjadi sasaran, kata TV Al Masirah yang dikelola Houthi.
"Setiap tembakan yang dilepaskan oleh Houthi akan dipandang, mulai saat ini, sebagai tembakan yang dilepaskan dari senjata dan pimpinan IRAN, dan IRAN akan bertanggung jawab, dan menanggung akibatnya, dan konsekuensinya akan mengerikan!" kata Trump di platform Truth Social miliknya, dikutip dari Reuters 18 Maret.
Gedung Putih mengatakan, pesan Presiden Trump kepada Iran adalah untuk menanggapi Amerika Serikat dengan serius.
Pentagon mengatakan telah menyerang lebih dari 30 lokasi sejauh ini dan akan menggunakan kekuatan mematikan yang sangat besar terhadap Houthi hingga kelompok itu menghentikan serangan. Juru bicara utama Pentagon, Sean Parnell, mengatakan tujuannya bukanlah perubahan rezim.
Sementara itu, Letnan Jenderal Alex Grynkewich, direktur operasi di Staf Gabungan mengatakan, kampanye terbaru melawan Houthi berbeda dengan yang dilakukan di bawah mantan Presiden Joe Biden, karena jangkauan targetnya lebih luas dan mencakup pakar drone senior Houthi.
Grynkewich mengatakan, puluhan anggota Houthi tewas dalam serangan itu. Pemerintahan Biden diyakini tidak menargetkan para pemimpin senior Houthi.
Sebelumnya, kementerian kesehatan yang dikelola Houthi mengatakan pada Hari Minggu, sedikitnya 53 orang tewas dalam serangan itu. Lima anak-anak dan dua wanita termasuk di antara para korban dan 98 orang terluka, katanya.
Pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi mengatakan pada Hari Minggu, militan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah selama AS terus menyerang Yaman.
Di bawah arahan al-Houthi, yang berusia 40-an, kelompok pemberontak itu telah menjadi pasukan yang terdiri dari puluhan ribu pejuang dan memperoleh persenjataan berupa pesawat nirawak dan rudal balistik.
Arab Saudi dan Barat mengatakan senjata itu berasal dari Iran. Teheran membantahnya.
Sementara Iran mendukung Houthi, Houthi menyangkal menjadi boneka Teheran, dan para ahli di Yaman mengatakan mereka terutama dimotivasi oleh agenda domestik.
Juru bicara militer Houthi, tanpa memberikan bukti, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pada Hari Senin pagi, kelompok itu telah melancarkan serangan kedua terhadap kapal induk AS USS Harry S. Truman di Laut Merah.
Reuters tidak dapat memverifikasi jumlah korban tersebut secara independen.
Kelompok Houthi, gerakan bersenjata yang telah menguasai wilayah Yaman yang paling padat penduduknya meskipun hampir satu dekade dibom oleh Arab Saudi, telah melancarkan sejumlah serangan terhadap kapal-kapal di lepas pantainya sejak November 2023, yang mengganggu perdagangan global.
BACA JUGA:
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters, serangan itu mungkin akan terus berlangsung selama berminggu-minggu. Washington juga telah meningkatkan tekanan sanksi terhadap Iran sambil mencoba membawanya ke meja perundingan mengenai program nuklirnya.
Diketahui, kelompok Houthi mengatakan serangan mereka, yang telah memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah rute kapal ke perjalanan yang lebih jauh dan lebih mahal di sekitar Afrika selatan, merupakan bentuk solidaritas dengan Palestina saat Israel menyerang Gaza.
AS dan sekutu-sekutunya menganggapnya sebagai tindakan yang tidak pandang bulu dan merupakan ancaman bagi perdagangan global.