JAKARTA - Warga Palestina berkumpul dalam perayaan di luar Gerbang Damaskus, Yerusalem pada Minggu 25 April malam, setelah penghalang yang dipasang oleh polisi Israel disingkirkan, memungkinkan mereka mengakses ruang terbuka di alun-alun Yerusalem.
Ribuan orang memenuhi alun-alun Yerusalem Timur pada Minggu malam, mengibarkan bendera Palestina, setelah polisi mengizinkan mereka mengakses pintu masuk berjenjang ke Kota Tua Yerusalem, yang merupakan ruang terbuka, tempat pertemuan malam hari yang populer selama bulan suci umat Islam.
Di tengah adegan perayaan yang berlangsung hingga Senin pagi, Ahmad Tibi, seorang anggota parlemen dari minoritas Arab Israel, mengkritik apa yang disebutnya keputusan keliru untuk memasang barikade logam.
"Keputusan untuk membuka kembali adalah benar. Ini adalah keputusan yang bagus ke arah yang benar, tetapi mereka harus berhenti menyerang Palestina," katanya di luar Gerbang Damaskus, seperti melansir Reuters, Senin 26 April.
Bentrokan antara warga Palestina dengan tentara Israel pada tanggal 13 April lalu, saat Bulan Suci Ramadan baru dimulai, menimbulkan ketegangan di kota suci tersebut. Ada konfrontasi antara pemuda pelempar batu dan polisi dengan perlengkapan anti huru hara yang mencoba membubarkan mereka.
Kemarahan meluas ke Tepi Barat yang diduduki, yang menyaksikan protes solidaritas dengan warga Yerusalem Timur. Puluhan roket juga ditembakkan oleh kelompok militan Palestina dari Gaza ke Israel.
Kekerasan memuncak pada Kamis lalu, saat 100 orang terluka ketika polisi Israel menangkap lebih dari 50 pengunjuk rasa. Ketegangan mereda selama akhir pekan. Warga Palestina menurunkan penghalang setelah Salat Tarawih. Sementara, polisi Israel mengatakan mereka memerintahkan pemindahan penghalang sehubungan dengan peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa hari terakhir.
"Itu diperintahkan untuk menghilangkan penghalang setelah berkonsultasi dengan otoritas agama, pemimpin lokal dan pemilik toko," kata juru bicara Kepolisian Israel. Dia mengatakan, keputusan diambil untuk memastikan perdamaian dan keamanan untuk semua di Yerusalem.
Langkah-langkah untuk meredakan ketegangan dilakukan setelah permintaan internasional untuk tenang, di tengah kekhawatiran bahwa bentrokan dapat meningkat di luar kendali mengingat status Yerusalem sebagai garis patahan utama dalam konflik Israel-Palestina.
Penyebab langsung dari perselisihan itu adalah kemarahan Palestina atas keputusan polisi Israel untuk mencegah kerumunan orang berkumpul di luar gerbang, sebuah bangunan bersejarah.
Israel merebut dan menduduki Yerusalem Timur dalam perang tahun 1967, kemudian mencaploknya secara sepihak. Pemerintah Israel menganggap seluruh kota sebagai ibu kota negara yang abadi dan tak terpisahkan, meskipun itu tidak diakui secara internasional.
Warga Palestina memiliki perasaan yang sama kuatnya, dengan mengatakan bahwa Yerusalem Timur harus menjadi ibu kota negara Palestina di masa depan.
Juru Bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang berasal dari Kelompok Fatah, Hussein Hamayel mengatakan, hasil itu membuktikan kekuatan dan ketenangan rakyat Palestina melawan Israel, militer dan pemukimnya.
Di Gaza, juru bicara Hamas Hazem Qassem juga memujinya sebagai kemenangan. "Pemuda Yerusalem memaksa pendudukan untuk menghapus pos pemeriksaan," tukas Qassem.
BACA JUGA:
Terpisah, militer Israel mengatakan pada Minggu malam bahwa militan Palestina telah menembakkan roket lain ke arah Israel, tetapi roket itu gagal dan meledak di Gaza.
Israel mengatakan, karena tembakan roket yang terus berlanjut, pihaknya akan membatasi zona penangkapan ikan di Jalur Gaza menjadi 9 mil laut dari 15 mulai pukul 6 pagi dan hingga pemberitahuan lebih lanjut.