JAKARTA - Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN) sekaligus Menko Perekonomian Airlangga Hartato menyebut pemerintah resmi menutup akses masuk bagi WNA yang pernah berada di India.
Hal ini dilakukan untuk mencegah lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia, sebagai imbas dari lonjakan kasus virus corona yang sedang terjadi di India.
"Pemerintah memutuskan untuk menghentikan pemberian visa bagi orang asing yang pernah tinggal dan atau mengunjungi wilayah India dalam kurun waktu 14 hari," kata Airlangga dalam konferensi pers virtual, Jumat, 23 April.
Airlangga menyebut, ketentuan akan dilanjutkan dengan surat edaran dari Dirjen Imigrasi Kemenkumham dan lembaga terkait. Kebijakan berlaku mulai minggu, 25 April. Peraturan ini sifatnya sementara dan akan terus dikaji ulang.
Sementara, bagi warga Negara Indonesia yang akan kembali ke Tanah Air dan sempat tinggal atau mengunjungi India dalam kurun waktu 14 hari tetap diizinkan masuk ke Indonesia. Namun, protokolnya diperketat.
"Titik kedatangan yang dibuka adalah pelabuhan udara Bandara Soetta, Juanda, Kualanamu, Sam Ratulangi kemudian pelabuhan laut Batam, Tanjungpinang dan Dumai. Sedangkan batas darat adalah Entikong, Nunukan, Malino, ini terkait kepulangan PMI dari Malaysia," jelas Airlangga.
Selanjutnya, WNI tersebut wajib karantina selama 14 hari di hotel khusus. Lalu, mereka harus menjalani tes swab PCR 2 kali, max 2x24 jam sebelum keberangkatan.
"Hari pertama dan hari ketiga belas kedatangan akan kembali dites. Dilakukan untuk semua moda transportasi darat, laut dan udara," ungkap dia.
BACA JUGA:
Selama dua bulan terakhir, kasus COVID-19 di India menunjukkan lonjakan yang sangat tajam. Grafik menunjukkan, pada awalnya India telah berhasil menjaga agar kasus positifnya terus menurun dan berada di angka yang stabil rendah.
Namun sejak pertengahan Februari hingga hari ini, angka kasus positif di India melonjak sangat tajam. Kasus di India dari yang sebelumnya hanya sekitar 9.000 kasus baru menjadi lebih dari 300.000 kasus baru per harinya. Ini berarti kenaikannya mencapai lebih dari 30 kali lipat.
Secara total, telah ada sekitar 15 juta kasus virus corona di India sampai saat ini. Beberapa ahli menyebut lonjakan tajam kasus COVID-19 di India diakibatkan penularan varian baru COVID-19 yang lebih cepat menular.