Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin meminta aparat Polri-TNI segera bertindak tegas terhadap kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua lantaran bisa berbahaya jika terus dibiarkan.

"Intinya saya meminta, status kelompok bersenjata ini harus jelas, mau separatis OPM atau KKB, kalau mau status separatis OPM serahkan ke prajurit TNI untuk diselesaikan, tapi kalau mau KKB ya serahkan sama Polri nanti bisa dibantu TNI," ujar TB Hasanuddin, Sabtu, 17 April.

Menurutnya, polisi sebagai penegak hukum berhak mengatasi masalah tersebut. "Tapi jangan dibiarkan berlarut-larut, karena kalau dibiarkan, namanya separatis ini bisa di ujung tombak, bisa lepas," sambung dia.

TB menilai, pemerintah harus mengkategori penetapan kelompok itu untuk kejelasan status. Jika sebagai kelompok separatis maka TNI segera turun tangan, tetapi jika kelompok tersebut statusnya kriminal maka Polri yang harus segera menyelesaikannya.

"Kalau memang diubah menjadi KKB ya diturunkan saja kekuatan Polri sebagai penegak hukum secara masif dengan kekuatan besar supaya segera selesai, jangan sampai pada saat berstatus OPM juga tidak diapa-apakan, lalu ketika KKB polisi juga tidak digerakkan, akhirnya korban berjatuhan," tegas politikus PDIP itu.

Kendati demikian, TB mengusulkan adanya dialog antara pemerintah pusat dengan tokoh-tokoh di Papua. Sebab, dialog ini salah satu cara yang pas untuk menyelesaikan masalah.

"Kan banyak dialog ditentang, kenapa dengan pemberontak harus dialog? Tidak, anggap saja dialog antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah antara bapak dan anak, boleh dong dalam demokrasi dalam bingkai tegaknya NKRI," kata TB Hasanuddin. 

Sebelumnya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) diduga kembali menembak seorang warga sipil yang merupakan siswa SMA di wilayah Kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua pada Kamis, 15 April.

Setelah menembak mati seorang pengemudi ojek di Kampung Eromaga, Distrik Omukia, Rabu, 14 April. KKB juga melakukan pembakaran dan penembakan di Kampung Julukoma yang menyebabkan dua orang guru meninggal dunia.

Pekan lalu, Kamis, 8 April, KKB sudah menembak mati Oktovianus Rayo, guru SD Inpres Beoga, Kampung Julugoma. Kemudian pada sore hari kelompok tersebut kembali dan melakukan pembakaran terhadap beberapa ruang SD Impres dan SMPN 1 Beoga. Dalam aksi tersebut, KKB juga menembak Yonatan Randen, guru SMPN 1 Beoga di bagian dada.

Tokoh agama Distrik Julukoma Kabupaten Puncak Pendeta Jupinus Wama baru-baru ini mengungkapkan fakta soal aksi keji KKB. Selain bakar sekola dan menembak guru, KKB juga memperkosa gadis-gadis desa. 

Hal ini diungkapkan Pendeta Jupinus Wama kepada petugas TNI-Polri saat olah TKP. 

"Masyarakat marah, tuan tanah marah, Tuhan marah. Kami semua su marah sekarang. Mereka kasih hancur bukan hanya gedung sekolah saja, tapi kita punya anak anak perempuan mereka kasih hancur masa depannya, kami su di rumah, rumah pun mereka kasih hancur," sebut Jupinus mencurahkan kepedihan warga.