JAKARTA - Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Prita Laura mengatakan pemerintah memastikan bahwa menu-menu yang disajikan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) memenuhi angka kecukupan gizi disesuaikan dengan penerima program.
Belakangan viral sejumlah menu makan bergizi yang dianggap publik lewat media sosial ‘mengenaskan’ pilihan menu dan porsi kecukupannya.
Ada beberapa kelompok penerima MBG yaitu orang dewasa terdiri dari ibu hamil dan ibu menyusui, lalu kelompok anak-anak yang terdiri dari anak di bawah lima tahun (balita), serta anak sekolah dari SD hingga SMA.
"Yang paling penting itu adalah angka kecukupan gizi. Kalau dilihat menunya bisa sama, tapi gramasinya beda. Misalnya gramasi nasinya, potongan ayamnya itu berbeda, potongan proteinnya berbeda," kata Prita dilansir ANTARA, Jumat, 10 Januari.
Ahli Gizi yang bertugas di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Ciracas Wiwit Suastika memberikan contoh misalnya untuk pemberian menu MBG kepada ibu hamil, jumlah kalorinya disesuaikan dengan perkembangan kehamilannya.
"Misalkan ibu hamil itu ada kategori trimester 1,2, 3. Jadi ada perbedaan asupan kilo kalori-nya. Kalau ibu hamil itu yang diberikan tambahan 300 kkal, di 6 bulan selanjutnya itu 500 kkal," kata Wiwit.
Agar pemberian makanan bergizi bisa sesuai bagi penerimanya, Pemerintah mempercayakan kader-kader posyandu untuk memastikan pendataan penerima secara berkala.
Kader-kader tersebut tentunya telah dibina melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sehingga pendataan antara ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak bisa lebih tertata.
"Mekanisme terus dirapikan, karena bukan hanya BGN (Badan Gizi Nasional) sendiri yang bekerja, tapi tadi bisa kita lihat beberapa Kementerian Lembaga bergabung bersama kan, seperti BKKBN itu punya kader-kader posyandu," kata Prita.
Sebelumnya Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Prita Laura mengatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya tersedia bagi anak sekolah, tapi juga bagi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui yang disalurkan lewat posyandu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak di masa emas.
BACA JUGA:
Masa emas itu merujuk pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang dimulai sejak janin terbentuk di dalam kandungan.
"Lewat posyandu ini, kita ingin memastikan MBG diterima anak sejak mereka berada di masa golden age, agar terhindar dari ancaman stunting, obesitas, dan dampak malnutrisi lainnya,” kata Prita.
Hal tersebut disampaikan Prita bertepatan dengan dimulainya pemberian MBG kepada kelompok balita, ibu hamil dan ibu menyusui yang dijadwalkan diberikan satu kali dalam seminggu untuk masa awal berjalannya program ini.
Nantinya, setelah program ini berjalan dengan rutin, setiap hari kelompok balita, ibu hamil dan ibu menyusui akan mendapatkan paket MBG setiap hari.
Pemenuhan gizi yang berkecukupan di 1.000 HPK diperlukan, karena di masa ini otak anak tumbuh secara maksimal, begitu pula dengan pertumbuhan fisik anak.