Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh menanggapi soal ditemukannya virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia. Nihayatul mengimbau masyarakat agar tidak panik dan mengikuti tahapan penanggulangan yang disusun pemerintah.

“Masyarakat tidak perlu panik karena HMPV bukanlah virus baru dan tidak berbahaya bagi sebagian orang yang terinfeksi,” ujar Nihayatul Wafiroh, kepada wartawan, Kamis, 9 Januari. 

Nihayatul yang akrab disapa Ninik itu mengatakan, Komisi IX DPR akan terus memantau langkah pemerintah dalam mengantisipasi persebaran dan lonjakan kasus HMPV di Indonesia. Menurutnya, pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan tetap harus mewaspadai mutasi virus yang bisa meningkatkan tingkat penyebaran. 

"Kami juga akan memastikan anggaran untuk penanganan penyakit menular dapat digunakan dengan optimal,” katanya.

Ninik menegaskan, Komisi IX DPR akan terus mendukung kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesiapan fasilitas kesehatan. Termasuk untuk memberikan akses cepat untuk diagnosis dan perawatan. 

“Sistem pelaporan harus diperkuat untuk memantau perkembangan kasus,” tegasnya.

Di sisi lain, Ninik mengingatkan pemerintah untuk terus meningkatkan upaya edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan virus ini. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat mampu meminimalisir penyebaran virus HMPV, terutama terhadap kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia dan kelompok masyarakat yang memiliki penyakit penyerta.

Legislator PKB itu juga mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, termasuk mencuci tangan secara rutin, mengenakan masker jika merasa tak enak badan. 

“Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis jika mengalami gejala yang mencurigakan,” pungkas Ninik.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengungkap bahwa kasus akibat virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Jakarta telah ditemukan sejak tahun 2022. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut virus HMPV menjadi salah satu penyebab penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, jumlah penderita ISPA akibat HMPV di Jakarta sejak temuan kasus pertama hingga saat ini mencapai 197 kasus. Rinciannya, 19 kasus ditemukan pada tahun 2022, 78 kasus pada 2023, dan 100 kasus pada tahun 2024.

"Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang ada di Jakarta," kata Ani dalam keterangannya, Kamis, 9 Januari.

Sementara itu, virus penyebab ISPA selain HMPV yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, rhinovirus dan respiratory syncytial virus.

Ani mengaku jumlah penderita ISPA dan pneumonia memang sedang meningkat. Sejak bulan November tahun 2024, pola ini relatif berulang setiap tahun dimana kasus ISPA cenderung meningkat menjelang akhir tahun hingga awal tahun.