Bagikan:

JAKARTA - Tiga warga Palestina termasuk dua anak tewas pada Rabu di Tepi Barat yang diduduki Israel. Peristiwa ini terjadi ketika serangan Israel terus berlanjut menyusul pembunuhan tiga warga Israel di wilayah tersebut pada Senin.

Militer Israel mengatakan angkatan udaranya menyerang sel teroris di daerah Tamun, kota di timur laut kota Nablus. Isreal mengatakan  mereka sedang menyelidiki laporan anak-anak terbunuh dalam serangan itu.

Kantor berita Palestina WAFA dilansir Reuters, Rabu, 8 Januari, mengatakan dua anak laki-laki, berusia sembilan dan sepuluh tahun, tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang juga menewaskan seorang pria berusia 23 tahun.

Belum ada konfirmasi langsung dari Kementerian Kesehatan Palestina.

Kekerasan di Tepi Barat meningkat seiring dengan perang selama 15 bulan antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Gaza, dengan pembunuhan oleh militan Palestina, peningkatan serangan militer Israel dan peningkatan serangan balas dendam oleh pemukim Yahudi.

Ratusan warga Palestina dan puluhan warga Israel telah terbunuh di Tepi Barat sejak dimulainya konflik Gaza.

Sementara serangan pada Senin, 6 Januari, yang menewaskan tiga warga Israel terjadi di dekat pemukiman Yahudi di Kedumim, rumah Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich. Hamas memuji insiden tersebut tetapi tidak mengaku bertanggung jawab.

Meningkatnya pertumpahan darah di Tepi Barat terjadi di tengah dorongan mediator internasional untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera di Gaza sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump mulai menjabat pada 20 Januari.

WAFA mengatakan, selain drone, militer Israel mengerahkan penembak jitu di Tamun dan mengepung serta menggerebek rumah-rumah. Mereka juga menyerbu kota Tubas dan kota Aqaba, di timur laut Tepi Barat.

Tepi Barat telah diduduki sejak direbut oleh Israel dalam perang Arab-Israel tahun 1967.

Warga Palestina ingin wilayah tersebut menjadi bagian dari negara merdeka di masa depan, namun perluasan permukiman Yahudi dan perang Gaza yang sedang berlangsung telah menimbulkan kekhawatiran akan rencana pemerintah sayap kanan Israel untuk secara resmi mencaplok wilayah tersebut.