JAKARTA - Pemerintah Australia menegaskan upayanya menangani antisemitisme alias anti-Yahudi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Australia melakukan kebijakan anti-Israel terkait serangan pembakaran sinagoge di Melbourne.
Netanyahu menuduh pemerintahan Partai Buruh yang dipimpin Perdana Menteri Anthony Albanese mendorong kejahatan seperti serangan pada Jumat, 6 Desember terhadap sinagoge Adass Israel.
“Sayangnya, tindakan kriminal ini tidak lepas dari semangat anti-Israel yang berhembus dari pemerintahan Partai Buruh di Australia,” tulis Netanyahu di X dilansir Reuters, Sabtu, 7 Desember.
Murray Watt, Menteri Ketenagakerjaan dan Hubungan Tempat Kerja Australia, menegaskan pemerintah Albanese telah mengambil tindakan tegas untuk menentang antisemitisme dan menghilangkannya.
Sejak menjabat pada Mei 2022, pemerintah Australia mengucurkan 25 juta dollar AS kepada organisasi-organisasi Yahudi untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan di situs-situs Yahudi, termasuk sekolah, melarang penghormatan Nazi, dan mengambil tindakan terhadap ujaran kebencian, kata Watt.
“Saya dengan hormat tidak setuju dengan Perdana Menteri Netanyahu mengenai masalah ini,” kata Watt di Brisbane.
BACA JUGA:
Albanese mengutuk serangan terhadap sinagoge dengan mengatakan tidak ada tempat untuk antisemitisme di Australia.
Sementara polisi masih mencari dua orang yang diduga sengaja menyalakan api sinagoge yang melukai satu orang dan menyebabkan kerusakan.
Australia mengalami peningkatan insiden antisemit dan Islamofobia sejak dimulainya perang Israel-Gaza pada Oktober 2023. Undang-undang yang disahkan tahun lalu melarang tampilan simbol kelompok teror di depan umum.
Namun, beberapa kelompok Yahudi mengatakan pemerintah Albanese belum berbuat cukup untuk mengatasi meningkatnya antisemitisme.
Puluhan protes pro-Palestina selama setahun terakhir sebagian besar berlangsung damai, meskipun pemerintah menyampaikan kekhawatiran bahwa protes tersebut dapat mengobarkan ketegangan masyarakat dan mengganggu keharmonisan sosial.