JAKARTA - Hasil hitung cepat atau quick count Pilkada Jawa Tengah (Jateng) menempatkan pasangan calon (paslon) gubernur dan calon wakil gubernur jagoan PDIP, Andika Perkasa-Hendar Prihadi keok dari perolehan suara paslon Ahmad Luthfi dan Taj Yasin.
Kekalahan Andika-Hendar ini menjadi penanda terciptanya sejarah bagi Partai Banteng yang tumbang di kandang sendiri.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs, Khoirul Umam menilai, tumbangnya calon PDIP di Pilkada Jateng disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya ada campur tangan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).
"Sebab, sejak sejarah Pilkada hadir di 2005, PDIP selalu digdaya di Jateng. Kondisi itu dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, besarnya dominasi mesin politik koalisi pengusung Lutfi-Taj Yasin sebesar kurang lebih 75 persen," ujar Umam dalam keterangannya, Kamis, 28 November.
Kedua, dukungan Jokowi dan Prabowo Subianto yang kini menjadi Presiden RI yang juga disupport oleh pendonor logistik bagi pasangan Lutfi-Taj Yasin.
"Ditambah dukungan political endorsement Jokowi & Prabowo, memberikan pesan politik kuat bagi simpul-simpul kekuatan politik, termasuk juga para donor logistik, untuk all out memenangkan Lutfi-Yasin," kata Umam.
"Jaringan Jokowi juga all out and at all cost, karena hasil Pilkada Jateng menjadi pertaruhan nasib dan juga pride bagi Jokowi dan keluarga yang harus berhadap-hadapan dengan kekuatan PDIP yang selama ini terkuat," lanjutnya.
Umam juga melihat karakter pemilih Jateng, khususnya wilayah Pantura yang didominasi oleh masyarakat santri dan lebih mendukung representasi kandidat Nasionalis-Santri. Representasi ini tercermin di Lutfi-Yasin.
"Jaringan Nahdlatul Ulama sangat all out mendukung pasangan ini. Sementara pasangan Andika-Hendi cukup berbeda, dimana keduanya sama-sama merepresentasikan corak nasionalis," katanya
Dengan demikian, tambah Umam, kekuatan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diback up oleh Jokowi bisa memanfaatkan situasi rapuhnya barisan kekuatan PDIP di Jawa Tengah.
"Ditambah lagi, constrain utama yang dihadapi calon PDIP di Pilkada Jateng ini adalah faktor sangat terbatasnya waktu sosialisasi, termasuk untuk melakukan penetrasi ke segmen santri di Jawa Tengah," kata dia.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merespons kekalahan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi (Andika-Hendi) dari Ahmad Luthfi-Taj Yasin versi quick count Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) atau Pilkada Jateng 2024.
Megawati mengaku mendapatkan laporan terkait masifnya penggunaan penjabat kepala daerah hingga mutasi anggota kepolisian demi tujuan politik elektoral di Jateng.
"Di Jawa Tengah misalnya, saya mendapatkan laporan betapa masifnya penggunaan penjabat kepala daerah hingga mutasi aparatur kepolisian demi tujuan politik elektoral," ujar Megawati dalam rekaman video yang diterima VOI.ID, Rabu malam.
Menurut Megawati, hal tersebut tidak bisa dibiarkan karena Mahkamah Konstitusi (MK) dan peraturan perundang-undangan telah tegas mengatur aparatur negara yang tidak netral, bisa dipidana. Dia mengeklaim, jika Pilkada Jateng 2024 berlangsung fair dan jujur, maka pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi bakal menang.
"Saya mengenal Jawa Tengah dengan baik. Saya terpilih sebagai anggota DPR tiga kali. Jawa Tengah bukan hanya kandang banteng, tetapi menjadi tempat persemaian gagasan nasionalisme dan patriotisme," tegas dia.
"Saya melihat energi pergerakan rakyat, simpatisan, dan kader yang militan dan seharusnya tidak akan terkalahkan jika pilkada dilakukan secara fair, jujur, dan berkeadilan," tambahnya merespons quick count Pilkada Jateng 2024.