Bagikan:

JAKARTA - Beberapa hari terakhir cuaca ekstrem sedang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Ketua DPR Puan Maharani meminta Pemerintah melakukan mitigasi dan memperkuat sistem early warning untuk mencegah dampak bencana alam terhadap masyarakat.

"Pemerintah perlu segera mengambil langkah konkret dan menyeluruh untuk mencegah risiko korban dan kerusakan yang lebih besar akibat cuaca ekstrem yang sedang melanda Indonesia," kata Puan Maharani, Selasa 12 November.

Hujan lebat beberapa hari terakhir ini mengakibatkan longsor, pohon tumbang, hingga billboard berjatuhan akibat angin kencang. Salah satunya adalah longsor sepanjang 20 meter di tebing Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Veteran, Bintaro, Jakarta Selatan, Sabtu pekan lalu, yang terjadi akibat hujan deras.

Longsor di tebing tol JORR Bintaro membuat berbagai bongkahan dan material tebing berserakan ke jalan yang berada di bawahnya. Beruntung tak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut.

Hujan deras juga menyebabkan longsor di Dusun Sengkeran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, semalam. Bencana tersebut menyebabkan 2 rumah tertimpa material longsoran dan 8 orang terluka.

Puan pun menyoroti soal kecelakaan di Tol Cipularang KM 92 yang terjadi pada Senin (11/11) sore dan melibatkan 21 kendaraan. Meski diduga ada human error dari pengendara truk tronton yang memicu kecelakaan beruntun, kondisi di lokasi saat kecelakaan diketahui terjadi hujan dan jalanan licin karena basah.

Akibat insiden itu, satu orang meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka berat. Puan menyampaikan belasungkawa atas kecelakaan tersebut.

Puan mengingatkan Pemerintah untuk lebih meningkatkan program mitigasi, termasuk pada infrastruktur di jalan raya. Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengkonfirmasi fenomena La Nina telah terjadi di Indonesia.

BMKG juga sudah kembali mengeluarkan peringatan soal potensi cuaca ekstrem, khususnya untuk sepekan ke depan. Di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi, diprediksi akan terjasi potensi hujan sedang hingga lebat.

“Penting bagi Pemerintah untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi tantangan alam yang tidak menentu ini,” ungkap Puan.

"Pemerintah juga harus memperkuat sistem early warning, terutama di daerah rawan bencana sebagai salah satu prioritas utama. Sistem peringatan dini yang akurat akan membantu warga untuk bersiap dan mengantisipasi situasi darurat yang disebabkan oleh cuaca ekstrem," sambungnya.

Lebih lanjut, Puan menekankan perlunya optimalisasi pemanfaatan teknologi terkini dan kolaborasi antara BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta lembaga terkait lainnya sehingga mitigasi bencana dapat semakin maksimal. Selain itu, Pemerintah diminta lebih responsif dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem.

"Utamakan masyarakat yang berada di kawasan bencana mendapatkan akses sistem peringatan dini agar mereka bisa melakukan antisipasi terhadap potensi bencana," ucap Puan.

Mantan Menko PMK itu pun mendorong Pemerintah dan lembaga terkait mengefektifkan penggunaan media sosial, sirine di wilayah rawan, serta aplikasi mobile untuk menyebarkan informasi tentang cuaca ekstrem. Harapannya, kata Puan, dampak dari bencana alam akibat cuaca ekstrem dapat diminimalisir.

“Dan lakukan evaluasi infrastruktur penunjang mitigasi bencana, terutama di area yang sering terdampak banjir dan longsor,” sebutnya.

Puan juga mengingatkan Pemerintah daerah untuk selalu mengecek kondisi infrastruktur seperti bendungan, drainase, serta talud penahan tanah. Sebab infrastruktur yang kokoh akan mengurangi risiko bencana alam akibat cuaca ekstrem.

“Kita tidak bisa menunggu sampai bencana terjadi untuk memperbaiki infrastruktur. Pemerintah perlu segera mengalokasikan dana dan tenaga untuk memastikan bahwa infrastruktur di daerah rawan sudah memadai untuk menahan potensi bencana,” papar Puan.

Di sisi lain, Pemerintah pun diingatkan untuk melakukan pemetaan risiko yang komprehensif dan rutin untuk menyesuaikan zonasi pembangunan di area yang aman. Pasalnya pembangunan di kawasan rawan bencana harus diatur dengan tegas.

"Bagi masyarakat yang masih tinggal di area rawan, relokasi perlu menjadi prioritas untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian harta benda," ungkap Puan.

Selain itu, Puan meminta Pemerintah menggalakkan edukasi mengenai kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat.

“Peningkatan pengetahuan masyarakat terkait langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kondisi darurat akan sangat membantu mengurangi korban saat bencana terjadi,” jelas cucu Bung Karno tersebut.

“Kesiapsiagaan masyarakat adalah kunci. Pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam upaya mitigasi ini agar mereka mengetahui langkah-langkah yang harus diambil untuk menyelamatkan diri dan membantu orang lain,” imbuh Puan.

Kembali Puan meminta Pemerintah untuk melakukan kolaborasi dan koordinasi antar lembaga terkait guna memudahkan proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan lancar saat terjadi bencana dan pemulihan pascabencana bisa dilakukan secara efisien.

"Jika kolaborasi dan koordinasi berjalan lancar maka semua akan terimplementasi dengan baik,” katanya.

Puan juga mendorong Pemerintah, khususnya Pemda, untuk memperketat pengawasan terhadap aktivitas perusakan lingkungan dan memastikan bahwa langkah mitigasi tidak hanya berfokus pada infrastruktur tetapi juga pada pelestarian alam yang menjadi pelindung alami masyarakat.

“Cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi adalah bukti nyata dari dampak perubahan iklim. Kita tidak bisa mengabaikan dampak perubahan iklim yang nyata. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih aman bagi anak cucu kita,” urai Puan.

"Dengan komitmen kuat dan koordinasi yang baik, diharapkan Indonesia bisa menjadi lebih siap menghadapi tantangan alam di masa depan," tambahnya.

Kepada masyarakat, Puan meminta untuk selalu waspada terhadap potensi bencana.

“Di tengah kondisi cuaca ekstrem, kehati-hatian harus menjadi prioritas utama. Tingkatkan kewaspadaan dan hindari dulu melakukan aktivitas di daerah atau tempat-tempat yang berpotensi bencana,” tutup Puan.