JAKARTA - Ribuan migran yang bepergian bersama dalam karavan di Meksiko bergulat dengan langkah selanjutnya setelah mantan Presiden AS Donald Trump, yang mencalonkan diri dengan salah satu jargon anti-imigrasi, meraih kemenangan untuk masa jabatan kedua.
Setelah mendengar Trump menang, banyak migran dalam karavan yang berjumlah sekitar 3.000 orang yang berangkat dari kota Tapachula di bagian selatan pada Selasa, 5 November, hilang harapan mengenai kesempatan mereka untuk mendapatkan kehidupan baru di Amerika Serikat.
“Saya berharap (Kamala Harris) akan menang, tapi itu tidak terjadi,” kata Valerie Andrade, seorang migran Venezuela yang melakukan perjalanan dengan karavan dari Chiapas ke Oaxaca di Meksiko selatan.
Andrade, bersama suaminya, dan seperti lebih dari 7 juta warga Venezuela lainnya, meninggalkan negara mereka yang dilanda krisis untuk mencari prospek kehidupan yang lebih baik.
Trump memenangi pemilu pada Selasa setelah kampanye yang menjanjikan deportasi besar-besaran dan kembalinya deportasi cepat ke Meksiko.
Kebijakan imigrasi yang diusulkannya juga mencakup penghentian hak kewarganegaraan bagi anak-anak imigran tidak berdokumen.
Selama pemerintahan sebelumnya, antara tahun 2017 dan 2021 Trump menerapkan kebijakan yang menyebabkan ratusan ribu migran terdampar di kamp-kamp di sepanjang perbatasan Meksiko, sehingga mengubah politik imigrasi AS.
Juru bicara keamanan negara bagian Chiapas mengatakan kepada Reuters, saat karavan migran terus bergerak ke utara, beberapa keluarga memilih untuk kembali ke Tapachula, dekat perbatasan Guatemala.
Namun, bagi banyak orang, perjalanan ke utara masih berlanjut.
BACA JUGA:
Imigran asal Venezuela, Jeilimar, tetap berharap penunjukannya untuk mencari suaka melalui aplikasi Perlindungan Bea Cukai dan Perbatasan AS (CBP), CBP One, akan tercapai sebelum Trump mulai menjabat pada Januari 2025.
“Dengan izin Tuhan, saya akan mendapatkan janji itu,” katanya, saat dia melakukan perjalanan bersama putrinya yang berusia enam tahun, berniat mencapai Amerika Serikat.
Aktivis hak asasi manusia mengatakan para migran akan terus berdatangan ke perbatasan selatan AS.
“Orang-orang akan mencari jalan baru, ini akan lebih berbahaya, namun tidak akan menghentikan mereka,” kata Heyman Vázquez, seorang pastor Katolik dan aktivis pro-migran di Chiapas.