Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ingin segera merealisasikan sistem pertahanan udara berlapis "Steel Dome" sendiri. Ankara juga akan meningkatkan kemampuan rudal jarak jauhnya.

Anggota NATO, Turki, dalam beberapa tahun terakhir telah secara signifikan mengurangi ketergantungannya pada pemasok peralatan pertahanan eksternal.

Negara ini telah menjadi produsen drone bersenjata terkemuka untuk pasar global dan memproduksi sebagian besar kebutuhan pertahanannya sendiri di dalam negeri.

“Sekarang sudah lebih dipahami betapa pentingnya sistem pertahanan udara berlapis-lapis bagi keamanan kita. Jika mereka (Israel) memiliki Iron Dome, kita akan memiliki Steel Dome," kata Erdogan, tanpa memberikan batas waktu spesifik dilansir Reuters, Selasa, 29 Oktober.

“Kami juga akan meningkatkan kemampuan rudal jarak jauh kami selama periode ini,” sambungnya.

Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel dibangun untuk mencegat roket yang ditembakkan ke wilayahnya.

Sistem ini mulai beroperasi pada tahun 2011 dengan menggunakan unit rudal berpemandu radar yang ditarik truk untuk meledakkan ancaman jarak pendek seperti roket, mortir, dan drone di udara.

Israel juga mengerahkan Iron Dome versi angkatan laut pada tahun 2017 untuk melindungi kapal dan aset berbasis laut.

Sistem ini menentukan apakah roket akan menghantam wilayah berpenduduk. Jika tidak, roket akan diabaikan dan dibiarkan mendarat tanpa membahayakan.

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap industri pertahanan Turki pada Desember 2020 atas akuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia yang dilakukan sekutu NATO-nya. Mereka juga mengeluarkan Ankara dari program jet tempur siluman F-35, yang merupakan produsen dan pembelinya.