JAKARTA – Masuknya orang-orang dekat atau loyalis Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon menteri di kabinet Prabowo Subianto dinilai sebagai upaya melanggengkan pengaruh Jokowi di pemerintahan baru sekaligus memastikan Gibran Rakabuming Raka tidak sekadar menjadi ban serep.
Menurut pengamat politik Undip, Yoga Putra Prameswari, masuknya loyalis Jokowi seperti Bahlil Lahadalia dan Pratikno merupakan indikasi cawe-cawe Presiden RI ke-7 itu, untuk memastikan proyek-proyek besar dilanjutkan Prabowo dan Gibran mendapat peran besar.
“Misalnya soal IKN. Itu menjadi penting bagaimana Jokowi ingin memastikan Prabowo akan melanjutkan proses pembangunan IKN. Karena kalau itu tidak dilanjutkan tentu itu akan menjadi Hambalang kedua dan bisa menjadi catatan hitam bagi Jokowi,” ujarnya, Minggu 20 Oktober 2024.
Selain itu, indikasi keterlibatan Jokowi dalam format kabinet Prabowo-Gibran juga tercermin dari kejanggalan waktu pemanggilan para calon menteri. Sebab, lazimnya para calon menteri diaudisi oleh presiden terpilih setelah pelantikan.
“Sebetulnya ini tidak lepas dari cawe- cawe Jokowi karena dia ingin memastikan masih punya kontrol dalam kabinet nanti, dengan memastikan beberapa orang dekatnya masuk dalam kabinet Prabowo- Gibran,” tambah Yoga.
BACA JUGA:
Dia mengungkapkan, kehadiran orang-orang dekat Jokowi di kabinet Prabowo berpotensi menghadirkan beragam masalah, termasuk loyalitas yang terbelah antara kepada Jokowi dan Prabowo. Bila hal ini terjadi, kemungkinan besar akan terjadi reshuffle kabinet dalam waktu dekat.
Yoga memprediksi, para loyalis Jokowi akan dibiarkan menikmati kekuasan paling tidak selama satu tahun di dalam rezim Prabowo-Gibran. Pasalnya, sebagai presiden baru, Prabowo tentu enggan bila para menterinya lebih menunjukkan loyalitas pada pada Jokowi.
“Pada fase-fase awal, Prabowo masih mengikuti beberapa permintaan dari Jokowi sebagai bentuk balas budi dalam pilpres. Tapi setelah setahun, saya rasa para loyalis Jokowi bisa disingkirkan oleh Prabowo,” katanya.