Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada Hari Rabu, mereka "memantau dengan cermat" tanda-tanda Korea Utara kemungkinan mengirim pasukan untuk mendukung Rusia dalam perangnya melawan Ukraina, menyusul laporan media tentang Rusia yang membentuk batalion Korea Utara.

Media Ukraina sebelumnya melaporkan, Rusia sedang mengorganisasi batalion khusus yang diperkirakan mencakup hingga 3.000 warga Korea Utara karena kekurangan personel di tengah kekhawatiran atas kerja sama militer yang semakin dalam antara kedua negara.

"Karena ada kemungkinan (Korea Utara) menyediakan pasukan atau personel sipil, hal ini sedang dipantau dengan cermat," kata seorang pejabat kementerian, dilansir dari The Korea Times 17 Oktober.

Semenara itu, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri mengatakan, pemerintah sedang memantau tanda-tanda kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara, mencatat "kekhawatiran mendalam" Seoul atas laporan kerja sama yang meluas melampaui perdagangan senjata hingga pengerahan pasukan.

"Setiap kerja sama yang secara tidak langsung atau langsung membantu Korea Utara memperkuat kekuatan militernya merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB," kata pejabat itu.

"(Kami) sekali lagi mendesak penghentian kerja sama militer ilegal antara Rusia dan Korea Utara," lanjutnya.

Diketahui, Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara lain menuduh Korea Utara memasok senjata ke Rusia untuk perangnya di Ukraina, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Korea Utara atas program rudal dan nuklirnya.

Minggu lalu, Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun memberi tahu anggota Parlemen, Korea Utara kemungkinan akan mengerahkan pasukan ke Ukraina untuk mendukung Rusia, setelah media Ukraina melaporkan bahwa enam warga Korea Utara tewas dalam serangan rudal Ukraina di wilayah yang diduduki Rusia awal bulan ini.

Terbaru, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Rabu, Korea Utara secara de facto ikut serta di pihak Rusia dalam perang melawan Ukraina, dengan unit intelijennya mengonfirmasi pasokan senjata dan personel Korea Utara ke Rusia.

"Intelijen kami tidak hanya mencatat pengiriman senjata dari Korea Utara ke Rusia, tetapi juga pengiriman personel," kata Presiden Zelensky kepada parlemen, melansir Reuters.

Moskow dan Pyongyang sendiri telah menandatangani perjanjian kemitraan komprehensif yang ditandatangani Presiden Vladimir Putin dan Kim Jong-un di Pyongyang pada 19 Juni 2924.