Bagikan:

JAKARTA - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung menanggapi elektabilitasnya yang rendah dalam hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO). Dalam survei IPO, elektabilitas Pramono dan Rano Karno mengalami penurunan jika dibandingkan beberapa survei di beberapa waktu sebelumnya.

Pramono mengaku tidak mengenal lembaga survei IPO. Sehingga, mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) itu tidak menanggapi hasil survei tersebut.

"Ini siapa yang melakukan (survei)? Saya belum kenal lembaga ini, ya," ungkap Pramono ditemui di Pademangan Barat, Jakarta Utara, Senin, 14 Oktober.

Dalam hasil survei IPO yang digelar pada 21-27 September 2024, elektabilitas Pramono-Rano sebesar 27,1 persen. Angka ini lebih rendah dari pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang tercatat sebesar 52,6 persen. Sementara, Dharma Pongrekun-Kun Wardana 2,7 persen.

Direktur eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah menjelaskan, dengan kondisi elektabilitas RIDO yang unggul signifikan dari kandidat lainnya, emmungkinkan RIDO keluar sebagai pemenang pada Pilkada DKI Jakarta 2024 November mendatang.

“Jika membaca perubahan-perubahan yang ada, juga durasi kampanye yang pendek, memungkinkan RIDO akan keluar sebagai pemenang di Pilkada Jakarta” ucap Dedi.

Sementara itu, dalam beberapa survei sebelumnya, elektabilitas Pramono-Rano lebih tinggi dibanding hasil jajak pendapat lembaga survei IPO.

Pada hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada tanggal 6-9 September, Ridwan Kamil-Suswono memiliki elektabilitas 51,8 persen, Pramono Anung-Rano Karno 28,4 persen, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana 3,2 persen.

Lalu pada survei Poltracking yang digelar pada 9-15 September, RK-Suswono memperoleh elektabilitas 47,5 persen, Pramono-Rano 31,5 persen, sementara Dharma-Kun 5,1 persen.

Dalam survei Charta Politika yang digelar pada 19-24 September, elektabilitas RK-Suswono di angka 48,3 persen, Pramono-Rano 36,5 persen, sementara Dharma-Kun 5,6 persen.