Bagikan:

JAKARTA - Moskow akan terus mengumpulkan bukti penggunaan bahan kimia beracun oleh Kyiv terhadap pasukan dan warga sipil Rusia, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan.

"Federasi Rusia akan terus mengumpulkan informasi tentang penggunaan bahan kimia beracun oleh pasukan Kiev terhadap pasukan dan warga sipil Rusia, serta tentang rencana militan Ukraina untuk melakukan provokasi terhadap perusahaan kimia di Donbass, dan memberikan informasi tersebut kepada negara-negara anggota Konvensi Senjata Kimia dan negara-negara Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Zakharova dalam pernyataan tersebut, melansir TASS 8 Oktober.

"Pelaku kejahatan ini dan kejahatan lainnya terhadap warga Rusia akan diidentifikasi dan tidak akan luput dari hukuman yang setimpal," tambah diplomat tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia dan Biologi Rusia Letnan Jenderal Igor Kirillov pada Hari Senin mengatakan, militer Ukraina menggunakan senjata kimia Barat dengan kedok peluru asap di Sudzha, perbatasan Kursk pada Agustus tahun ini.

"Pada Agustus 2024, terungkap fakta rezim Kyiv secara diam-diam menggunakan senjata kimia dengan kedok peluru asap," kata Letjen Kirillov

"Secara khusus, gerombolan bersenjata Ukraina menggunakan amunisi kluster 155mm DM105 di Kota Sudzha, Wilayah Kursk pada 11 Agustus, yang mengakibatkan lebih dari 20 orang menderita," lanjut pejabat pertahanan itu.

Amunisi sebanyak 3.800 butir ini dipasok ke Ukraina pada September 2023 di bawah paket bantuan militer, ungkap Kirillov.

"Analisis sampel terpilih yang dilakukan di laboratorium Pusat Ilmiah ke-27 Kementerian Pertahanan Rusia yang diakreditasi oleh OPCW menunjukkan bahwa personel tersebut terpengaruh oleh sejumlah besar aerosol klorin yang terhirup dan zat yang mencekik. Sementara itu, campuran logam klorida hanyalah alat penyamaran," urainya.

Studi tentang toksisitas campuran logam klorida dari amunisi jenis ini yang dilakukan di laboratorium militer Fort Detrick buatan AS mengungkapkan, produk pembakarannya memiliki efek iritasi yang kuat pada saluran pernapasan bagian atas dan dapat menyebabkan keracunan parah, kata Letjen Kirilov.

"Ini menjadi dasar untuk melarang produksi dan penggunaan peluru semacam itu di Amerika Serikat," tandasnya.