JAKARTA - Amerika Serikat dan beberapa sekutunya menyerukan gencatan senjata selama 21 hari di perbatasan Israel-Lebanon untuk mencegah pecahnya perang regional dan menggangu perundingan yang terhenti antara Israel dan Hamas.
Dilansir CNN, Kamis, 26 September, proposal yang digambarkan seorang pejabat senior AS sebagai “terobosan penting,” muncul di tengah pertempuran mematikan antara Israel dan Hizbullah yang dikhawatirkan dapat meluas menjadi konflik yang lebih luas.
Berharap untuk mencegah hal seperti itu, para diplomat dan pemimpin yang berkumpul di New York untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB menghabiskan 48 jam terakhir dengan tergesa-gesa untuk mendapatkan rencana yang akan menghentikan pertempuran dan memberikan ruang bagi diplomasi untuk dilakukan.
Israel dan Hizbullah belum mencapai kesepakatan. Namun para pejabat AS mengatakan kedua belah pihak sudah “akrab” dengan alur usulan tersebut dan menyuarakan optimisme ini adalah saat yang tepat untuk mengumumkannya kepada publik.
“Situasi antara Lebanon dan Israel sejak 8 Oktober 2023 tidak dapat ditoleransi dan menghadirkan risiko eskalasi regional yang lebih luas yang tidak dapat diterima. Ini bukan kepentingan siapa pun, baik rakyat Israel maupun rakyat Lebanon,” bunyi pernyataan bersama dari negara-negara tersebut yang dirilis pada Rabu, 26 September malam waktu setempat.
BACA JUGA:
Presiden Joe Biden mengatakan rencana tersebut telah didukung Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
“Kami mampu memperoleh dukungan signifikan dari Eropa, serta negara-negara Arab,” kata Biden kepada wartawan.
“Sangat penting bahwa perang ini tidak meluas,” imbuhnya.
Tujuan langsung dari perjanjian ini adalah untuk menurunkan suhu dan memungkinkan penduduk di sepanjang perbatasan untuk kembali ke rumah mereka di Israel dan Lebanon.