JAKARTA - Peningkatan serangan udara dalam beberapa hari terakhir yang dilakukan ke wilayah Lebanon dengan target kelompok militan Hizbullah, bertujuan "untuk mengubah keseimbangan kekuatan di utara dengan menghancurkan ribuan roket, dengan menghancurkan kemampuan (Hizbullah) dan melalui cara lain," kata seorang pejabat Israel.
Upaya tersebut dimulai dengan laporan tentang "berbagai ledakan alat pengeras suara dan perangkat lain di seluruh Lebanon," jelas pejabat tersebut, melansir The Times of Israel 24 September.
Israel sendiri belum mengonfirmasi mereka berada di balik serangan tersebut.
"Serangan tersebut berlanjut dengan pembunuhan Ibrahim Aqil dan pimpinan Radwan. Dan serangan tersebut berlanjut selama dua hari terakhir dengan perluasan serangan besar-besaran dengan tujuan untuk menghantam Hezbollah dengan keras," kata pejabat itu.
Lebih jauh dikatakannya, ada dua tujuan utama yang ingin dicapai. Pertama, "untuk memperkuat pencegahan terhadap Hezbollah dan untuk menciptakan situasi di mana Israel dapat memulangkan penduduk ke rumah mereka."
Yang kedua adalah untuk mencegah "seluruh poros Iran," kata pejabat tersebut.
Israel akan menghentikan operasinya jika Hizbullah memenuhi tuntutan Israel, terutama agar Hizbullah mundur dari perbatasan utara Israel, kata pejabat itu.
"Mereka tahu tuntutan kami. Namun jika Hizbullah tidak berhenti, tahap berikutnya akan datang," kata pejabat itu memperingatkan, tanpa menjelaskan apa yang akan terjadi.
Pejabat itu mengatakan, itu tidak harus berupa invasi darat.
"Mereka akan berhenti menembak, atau mereka tidak akan bisa melakukannya lagi," tegasnya.
Israel kembali melakukan serangan terhadap posisi kelompok Hizbullah di Lebanon pada Hari Selasa, serangan untuk hari kedua berturut-turut.
Serangan udara Israel pada Hari Selasa menyasar wilayah ibu kota Lebanon, Beirut, dengan targetnya adalah kepala unit rudal Hizbullah, kata sumber pertahanan kepada media Israel.
Serangan itu menewaskan sekitar enam orang dan menyebabkan 15 lainnya luka-luka di Ghobeiry yang terletak di pinggiran selatan Beirut.
Dua sumber keamanan di Lebanon menyebut, serangan tersebut menewaskan komandan Hizbullah Ibrahim Qubaisi. Ia merupakan kepala divisi roket Hizbullah, seperti mengutip Reuters.
Militer Israel sendiri berjanji untuk "mempercepat operasi ofensif" setelah melancarkan serangan udara besar-besaran yang menargetkan kelompok militan Hizbullah di Lebanon.
BACA JUGA:
"Hizbullah tidak boleh diberi penangguhan hukuman," kata Letjen Herzi Halevi, kepala staf militer menurut pernyataan Israel Defense Forces, dikutip dari CNN.
"Teruslah bekerja dengan kekuatan penuh. Kami akan mempercepat operasi ofensif hari ini dan memperketat semua formasi. Situasi ini membutuhkan tindakan yang terus-menerus dan kuat di semua arena," katanya.
Terpisah, Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan, sedikitnya 558 orang tewas, termasuk 50 anak-anak dan 94 wanita, akibat serangan Israel pada Hari Senin.