Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat pada Hari Kamis memperingatkan semua pihak di Timur Tengah agar tidak terjadi eskalasi karena ketegangan antara kelompok militan Lebanon Hizbullah yang didukung Iran dengan Israel tetap tinggi, mengatakan prioritas Washington adalah menemukan solusi diplomatik.

"Kami akan terus mendukung hak Israel untuk membela diri, tetapi kami tidak ingin melihat pihak mana pun meningkatkan konflik ini, titik," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, melansir Reuters 20 September.

Sambil menyerukan agar tetap tenang, Miller mengakui keterbatasan diplomasi AS.

"Kami telah terlibat di kawasan ini selama beberapa waktu, dan tentu saja, sejak 7 Oktober kami telah terlibat untuk mencoba meredakan ketegangan. Namun pada akhirnya, ya, setiap negara bertanggung jawab, dan setiap entitas bertanggung jawab atas tindakan yang mereka ambil," jelas Miller.

Seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah menunda perjalanan ke Israel yang direncanakan minggu depan. Miller menolak berkomentar mengenai jadwal Menhan Austin, tetapi mengatakan Washington akan melanjutkan pembicaraan dengan Israel.

"Saya akan mengatakan, kami terus terlibat dengan rekan-rekan Israel kami dalam hal ini. Seperti yang dilaporkan secara publik, Amos Hochstein baru saja berada di Israel pada Hari Senin, mendesak perlunya deeskalasi, mendesak perlunya resolusi diplomatik," terang Miller.

Utusan khusus Gedung Putih Amos Hochstein mengunjungi Israel minggu ini untuk membahas krisis di perbatasan utara, tempat pasukan Israel saling meluncurkan rudal dengan pasukan Hizbullah selama berbulan-bulan.

Diketahui, Timur Tengah berada dalam kondisi tegang setelah serangan mematikan yang meledakkan radio dan pager kelompok militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon, menewaskan 37 orang dan melukai sekitar 3.000 orang, membuat rumah sakit di Lebanon dipadati korban.

Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan perangkat tersebut, yang menurut pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah "melewati semua garis merah".

Sumber keamanan mengatakan serangan itu kemungkinan dilakukan oleh badan mata-mata Israel, Mossad, yang memiliki sejarah panjang dalam melakukan serangan canggih di wilayah asing. Sementara, Israel belum mengomentari serangan itu secara langsung.