Alasan Jerman Bisa Mulai Rawat Pasien dari Negara Lain
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Jerman mulai menerima pasien positif virus corona atau COVID-19 dari Italia dan Prancis, negara dengan tingkat penyebaran virusnya parah di Eropa. Jerman merupakan salah satu negara yang tingkat kematian akibat virus ini cukup rendah dibanding negara Eropa lain. 

Seperti diwartakan Fox News, terlihat pesawat angkatan udara Jerman mendarat di Bergamo, Italia utara untuk menjemput enam pasien yang akan dibawa ke Cologne. 

Sebelumnya, beberapa pemerintah negara bagian di Jerman sudah menawarkan bantuan untuk merawat pasien dari Italia. Total pasien yang akan dirawat oleh Jerman dari Italia sebanyak 47 orang. 

Di Italia, seperti dicatat federasi kedokteran nasional Italia (FNOMCeO) terdapat 50 dokter tewas akibat COVID-19 per 29 Maret dikutip Independent.

Angka itu muncul karena para tenaga medis masih terus berjuang di bawah tekanan banyaknya kasus COVID-19. Seperti diketahui Italia menjadi negara paling banyak nomor dua kasus COVID-19 setelah Amerika Serikat. Sampai tulisan ini dibuat tercatat sebanyak 97.689 kasus dengan 10.779 kematian, sementara yang sembuh ada 13.030 orang. 

Selain Italia, Jerman juga membawa pasien dari kota Mulhouse, Prancis. Di sana rumah sakit kewalahan dengan banyaknya kasus yang ada. 

Sebelumnya, dikabarkan jika tenaga medis di sana tidak siap untuk perang melawan COVID-19. Hal itu dikatakan oleh salah seorang dokter unit gawat darurat Sabrina Ali Benali kepada Euronews

"Kami telah menemukan cara untuk mendapatkan masker. Namun hanya itu yang kami miliki. Kami tidak punya pakaian pelindung sekali pakai, atau stok hand sanitizer, pelindung rambut, kacamata, dan sepatu," katanya pada medio Maret. 

Benali juga mengatakan mayoritas petugas kesehatan di Prancis berada di bawah tekanan yang sama. "Saya melihat bahwa kita semua berada dalam situasi yang sama. Saya tealh mendapat kabar serupa dari perawat yang mengatakan mereka pergi berperang tanpa senjata lengkap," ujarnya. 

Sistem kesehatan Prancis mengalami krisis selama berbulan-bulan. Ribuan petugas medis sempat mogok kerja di sana, mereka protes adanya pemotongan anggaran penanganan wabah. Hal itu jelas membuat petugas medis di sana merasa terancam keamanannya.

Di Prancis jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 40.708 orang, dengan tingkat kematian mencapai 2.611, sementara yang sembuh ada 7.226 orang. 

Alasan tingkat kematian Jerman rendah

Itikad Jerman untuk turut membantu merawat pasien COVID-19 di negara lain patut diacungi jempol. Padalah Jerman sendiri bukan negara yang punya kasus COVID-19 sedikit. 

Jerman menjadi negara nomor lima terbanyak kasus COVID-19 di dunia. Total kasusnya tercatat sebanyak 62.095. Namun hebatnya Jerman mampu menekan tingkat kematian hingga jumlahnya sangat rendah dibanding negara-negara lain yang jumlah kasusnya hampir sama banyak. 

Dibandingkan dengan jumlah kematian di Prancis sebanyak 2.611 orang, dan Italia sebanyak 10.779, di Jerman jumlah kasus kematian hanya tercatat sebanyak 541 orang. 

Menurut laporan Sky News, ada tiga faktor utama mengapa Jerman berhasil menekan tingkat kematian. Pertama adalah karena mereka melakukan tes massal dengan cepat dan akurat, kedua adalah karena di sana tidak banyak orang tua yang terinfeksi, dan terakhir adalah karena jumlah akses tempat tidur rumah sakitnya Jerman nomor dua terbanyak di Eropa.

Jerman adalah negara yang berhasil melakukan tes COVID-19 lebih banyak. Hasilnya, mereka lebih banyak mengidentifikasi banyak orang yang terinfeksi virus corona dengan gejala yang lebih ringan.

Dengan mengidentifikasi orang yang terinfeksi lebih banyak dan cepat, sehingga Jerman juga dengan cepat mengisolasi orang-orang yang telah terinfeksi, dan melakukan penanganan medis. 

Ilustrasi (Unsplash)

Lalu faktor lain yang membuat tingkat kematian di Jerman sangat kecil adalah karena di sana sangat sedikit orang tua yang terinfeksi COVID-19. Di Jerman hanya 19 persen orang berusia di atas 60 tahun yang terinfeksi. Sementara yang paling banyak terinfeksi berada pada rentang usia 35 sampai 59 tahun yakni 51 persen.

Pasalnya, memang menurut statistik, usia orang yang meninggal karena COVID-19 ini paling banyak pada usia 70 tahun ke atas. Misalnya saja di Italia, tercatat usia dengan tingkat kematian tertinggi berada pada rentang usia di atas 70 tahun.   

Faktor pamungkas mengapa di Jerman tingkat kematian kasus COVID-19 rendah adalah karena fasilitas kesehatan mereka yang sangat memadai. Jerman tercatat negara kedua terbanyak paling besar tingkat akses tempat tidur rumah sakitnya. Tercatat dari 100.000 populasi, jumlah tempat tidur yang tersedia adalah sekitar 621. Angka itu beda tipis dari negara paling banyak akses tempat tidurnya yakni Lithuania sebanyak 634 dari 100.000 populasi.