Bagikan:

JAKARTA – Rencana pertemuan antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri dinilai bisa mencegah munculnya matahari kembar dan meminimalisir potensi pihak-pihak yang ingin dominan dan memimpin koalisi pemerintahan mendatang.

“Saya kira bagus bagi Prabowo, bagaimanapun Prabowo pada 20 Oktober nanti adalah presiden kita sehingga beliau akan menjadi pimpinan koalisi. Jangan sekali-kali ada pimpinan koalisi dipimpin bukan oleh Prabowo, ini akan terjadi matahari kembar,” ungkap pengamat komunikasi politik, Emrus Sihombing, Senin 16 September 2024.

Kekhawatiran adanya matahari kembar sempat dilontarkan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berpidato dalam acara syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-23 Partai Demokrat pekan lalu.

Meski tidak spesifik ditujukan kepada siapa, SBY menyoroti berbahayanya keberadaan matahari kembar dalam sebuah organisasi, apalagi negara. Presiden ke-6 RI itu menegaskan bahwa keberadaan matahari kembar akan membuat kacau situasi organisasi atau negara.

Menurut Emrus, dari sisi relasi politik, pertemuan Prabowo dan Megawati sangat mungkin terwujud. Sebab, selama ini tidak ada persoalan substansial antara Prabowo dan Megawati yang bisa menghambat pertemuan keduanya.

Dia bahkan menyebut, semakin cepat kedua tokoh tersebut bertemu, maka akan semakin baik situasi politik di Indonesia. Meski belum tentu terjadi kesepakatan soal bergabungnya PDI Perjuangan ke dalam pemerintahan Prabowo, kesepakatan-kesepakatan lain demi kemajuan bangsa dan negara bisa saja terjalin melalui pertemuan tersebut.

“Nah bisa saja (PDIP) tetap di luar pemerintahan tetapi ada kesepakatan-kesepakatan. Meskipun di luar pemerintahan, maka akan tetap melakukan tindakan komunikasi politik terhadap koreksi pemerintahan dalam hal ini bukan kepada presidennya, tetapi kepada menteri-menteri tertentu misalnya seperti itu,” tukas Emrus.