JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai, Presiden RI Prabowo Subianto perlu menjaga jarak dengan mantan Presiden Joko Widodo.
Pasalnya, pertemuan Prabowo dan Jokowi di Angkringan Solo, menimbulkan beberapa spekulasi.
Pertama, munculnya spekulasi jika Prabowo dan Jokowi membahas Pilkada, khususnya Jawa Tengah. Indikasi ini dilihat dengan kehadiran calon gubernur Jateng, Ahmad Lutfi dan calon wali kota Solo, Respati Ardianto di Angkringan, meskipun berada di lantai yang berbeda.
"Kehadiran cagub Jateng dan cawali Solo itu memperkuat spekulasi bahwa Prabowo dan Jokowi membahas Pilkada. Apalagi para calon tersebut turut mengantarkan Prabowo ke bandara," ujar Jamiluddin kepada wartawan, Senin, 4 November.
Dua, pembahasan Pilgub Jateng dan Pilwali Solo dianggap penting bagi Jokowi. Bagi Jokowi, menurut Jamiluddin, dua wilayah tersebut harus dikuasai karena berkaitan dengan gengsi politik.
"Kalau jagoan Jokowi kalah di Jateng dan Solo, maka pamornya akan memudar. Jokowi akan dinilai kalah dengan PDIP, khususnya Megawati Soekarnoputri," kata Jamiluddin.
"Apalagi Jateng, termasuk Solo, hingga saat ini masih basisnya PDIP. Karena itu, Jokowi ingin hal itu diakhiri dengan memenangkan paslon yang menjadi jagoannya," imbuhnya.
Oleh karena itu, Jamiluddin menilai dalam konteks itulah Prabowo hadir di Solo dan makan malam bersama dengan Jokowi. Jokowi, kata dia, bisa jadi meminta bantuan Prabowo mengerahkan semua kekuatan yang dimiliki untuk memenangkan paslon pilihannya.
"Dengan cara itu, Jokowi ingin tetap unggul dalam rivalitas politik dengan PDIP, khususnya Megawati. Jokowi tetap ingin menjadi 'penguasa' di Jawa Tengah dan Solo," katanya.
Tiga, Jokowi terkesan masih cawe-cawe dalam politik, khususnya Pilkada. Menurut Jamiluddin, hal itu dilakukan agar ayah Wakil Presiden RI Gibran. Rakabuming Raka itu tetap punya kaki di daerah, khususnya di Jateng dan Solo.
"Bagi Jokowi, punya kaki di daerah diperlukan untuk memperkuat politik trahnya. Jokowi ingin lima tahun ke depan sudah punya banyak kaki di daerah untuk memuluskan kelanjutan Gibran di singgasana kekuasaan," katanya.
Untuk menunjukkan masih punya pengaruh besar, lanjut Jamiluddin, Jokowi cukup mendatangkan Prabowo ke Solo dan makan malam di Angkringan.
"Moment seperti itu sudah cukup untuk memberi sinyal ke lawan politiknya bahwa ia masih berkuasa secara politis, meskipun sudah tidak menjabat presiden," sebutnya.
Empat, Jokowi ingin menunjukkan Solo menjadi epicentrum politik di tanah air. Jokowi, kata Jamiluddin, ingin menunjukkan bahwa Solo dapat mengubah peta politik nasional dan daerah selama ia menghendakinya.
"Hal itu tentu dapat menurunkan pamor Prabowo sebagai Presiden. Prabowo dapat dinilai sosok perpanjangan politik Jokowi. Kesan seperti ini tentu tak baik pada Prabowo, karena akan mengesankan ada matahari kembar," kata Jamiluddin.
"Jadi, Prabowo sebaiknya mengurangi pertemuan dengan Jokowi agar kesan tidak mandiri dapat diminimalkan. Hal itu diperlukan agar Prabowo dinilai presiden yang mandiri dalam mengambil kebijakan," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto mengunjungi kediaman Presiden ke-7 Joko Widodo di kediamannya di Solo, Minggu, 3 November, petang.
Kunjungan ke Solo ini dilakukan usai pada pagi harinya Prabowo melakukan kunjungan kerja ke Merauke, Papua.
Prabowo menjemput Jokowi untuk makan malam di Angkringan Semar. Prabowo tiba dengan kendaraan pribadinya pada pukul 18.23 WIB di rumah Jokowi.
Sementara, Jokowi mengaku sangat senang dikunjungi oleh Presiden Prabowo Subianto ke kediamannya di Solo. Ungkapan itu disampaikan Jokowi lewat keterangan foto di akun media sosial Instagram @jokowi, Senin, 4 November, yang menampilkan tiga bingkai foto momen kebersamaannya dengan Presiden Prabowo Subianto.
BACA JUGA:
"Senang sekali Pak Presiden Prabowo Subianto menyempatkan mampir ke kediaman, tadi malam," katanya.