JAKARTA - Presiden Joko Widodo dinilai tidak akan berani mendahului Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mengendorse Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) ataupun calon wakil presiden (cawapres) 2024.
Spekulasi Jokowi mendukung Ganjar berpasangan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto itu muncul pasca ketiganya nampak akrab saat meninjau panen raya di Kebumen, Jawa Tengah.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga mengatakan kebersamaan Jokowi, Ganjar dan Prabowo di Kebumen tentu menimbulkan banyak tafsir.
Pertama, Jokowi yang melibatkan Prabowo dalam moment panen memang tak lazim. Sebab, dilihat dari tugas dan fungsinya sebagai Menteri Pertahanan, kehadiran Prabowo tentu tidak ada relevansinya.
"Karena itu, wajar kalau muncul tafsir Jokowi lagi mengendorse Prabowo sebagai capres. Jokowi ingin mengatakan kalau Prabowo sosok yang pas menjadi penerusnya. Prabowo tidak hanya ahli mengurus pertahanan tapi juga mengerti pertanian," ujar Jamiluddin dalam keterangannya, Jumat, 10 Maret.
Tafsir itu, lanjutnya, semakin menguat karena Jokowi juga didampingi Ganjar. Nampaknya, Jokowi ingin menegaskan Ganjar layak mendampingi Prabowo.
"Jadi, pertemuan Jokowi dengan Prabowo dan Ganjar di sawah, bisa jadi sebagai upaya cek ombak. Jokowi ingin tahu reaksi masyarakat, termasuk PDIP, bila ia didampingi Prabowo dan Ganjar," katanya.
Kedua, kehadiran Ganjar mendampingi Jokowi bisa ditafsirkan hal biasa. Pasalnya, Ganjar sebagai gubernur sudah seharusnya mendampingi presiden ketika mengunjungi wilayahnya.
"Jadi, kehadiran Ganjar sebagai bagian protokoler. Tidak ada hal yang luar biasa, apalagi kalau dikaitkan dengan capres atau cawapres," jelas Jamiluddin.
BACA JUGA:
Menurutnya, tafsir itu logis bila dikaitkan Jokowi sebagai kader PDIP. Jokowi tentunya tidak ingin konfrontasi dengan ketumnya hanya untuk mengendorse Ganjar jadi capres atau cawapres.
Hal itu, kata Jamiluddin, sangat beresiko bagi Jokowi bila mendahului Megawati dalam mendukung capres atau cawapres. Jokowi tidak menghendaki amarah Megawati yang bisa berujung PDIP menarik dukungannya dan keluar dari koalisi pemerintah.
"Suka tidak suka Jokowi tetap ingin aman hingga 20 November 2014. Karena itu, Jokowi tidak akan memunculkan atau mengendorse Ganjar atau lainnya sebagai capres atau cawapres secara terbuka," katanya.
Apalagi, tambah Jamiluddin, Ganjar adalah kader PDIP yang tentu Jokowi tidak akan berani mendahului Megawati. Bisa-bisa, Jokowi malah kena semprit yang membahayakan posisinya sebagai capres.
"Karena itu, Jokowi kecil kemungkinan berani bermain api. Dia tidak akan mengorbankan dirinya hanya untuk seorang Ganjar," pungkasnya.