JAKARTA - Juru bicara bakal pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta Ridwan Kamil (RK)-Suswono (RIDO), Muhammad Kholid merespons penolakan sejumlah warga saat RK berkunjung ke Jatinegara, Jakarta Timur.
Kholid memandang, penolakan itu hanya sebatas ekspresi sebagian masyarakat yang belum mengenal pria dengan sapaan akrab Kang Emil itu secara langsung.
"Jadi kalau saya lihat sih, mungkin karena belum ketemu secara personal saja dengan kang Emil ya. Kalau sudah bertemu langsung personal dengan Kang Emil dan Suswono akan lebih mudah dan akan menerimanya ya," kata Kholid dalam keterangannya, Selasa, 10 September.
Kholid menganggap penolakan kepada salah satu calon adalah hal biasa. Menurutnya, dalam kontestasi Pilkada saat ini, ekspresi ketidaksukaan banyak juga terjadi di tempat lain, bukan hanya di Jakarta.
"Jadi, saya pikir ini adalah dinamika yang terjadi di masyarakat. Sebuah ekspresi yang berasal dari masyarakat ya harus kita hormati. Kan kita negara demokrasi. Jadi kita harus menghormati itu," tutur dia.
Pada Jumat, 6 September lalu, sekelompok masyarakat dari Forum Betawi Rempug (FBR) menolak kehadiran RK saat menyambangi kantor Bamus Betawi di Jatinegara, Jakarta Timur.
Mereka tak senang dengan kehadiran RK yang bukan keturunan Betawi. Pihak Bamus Betawi lantas mencoba berdialog dengan kelompok itu. Usai berdebat, warga yang menolak RK pun pergi.
Kegiatan silaturahmi RK dengan Bamus Betawi dilanjutkan. RK sempat disambut marawis dan pencak silat, lalu mantan Gubernur Jawa Barat itu membalasnya dengan pantun.
Momen penolakan sejumlah warga kepada Ridwan Kamil terjadi dua kali dalam beberapa waktu terakhir. Sebelum kejadian di Jatinegara, pada 1 September lalu, RK disoraki saat menghadiri acara Haul di Makam Mbah Priok, Jakarta Utara.
Momentum ini direkam dalam video dan viral di media sosial. Dalam video tersebut, sejumlah warga menyoraki RK dan memintanya turun.
RK sebelumnya sempat menanggapi peristiwa di Makam Mbah Priok. Ia menghormati sikap segelintir warga yang menyorakinya. Menurut dia, itu merupakan ekspresi seorang pendukung tokoh politik.
"Bahwa di sana ada pendukung dari siapa pun, itulah indahnya demokrasi. Ekspresi itu ada yang pakai jempol, ada yang berteriak, ada yang bikin spanduk," ungkap RK ditemui di Senen, Jakarta Pusat, Kamis, 5 September.
RK mengaku menerima dengan lapang dada atas aspirasi masyarakat yang tidak mendukungnya untuk saat ini. Mengingat, kondisi seperti ini telah ia rasakan saat mengikuti pilkada menjadi Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat.
BACA JUGA:
Namun, RK menegaskan bahwa kedatangannya ke acara Haul Mbah Priok atas dasar undangan penyelenggara. Bahkan, ia pun diminta untuk memberi sambutan di atas podium.
"Jadi saya ke sana kan undangan oleh kholifah dari Makom Mbah Priok, kebetulan ada acara haul. Kalau ditolak, saya kan nggak disediakan podium," tuturnya.