JAKARTA - Pesawat Kepresidenan Israel 'Wing of Zion' kembali dikandangkan untuk kali kedua dalam dua bulan terakhir, setelah kerusakan kembali ditemukan di pesawat tersebut.
Mengutip The Times of Israel dari Ynet 4 September, pesawat tersebut mengalami kerusakan pada bagian sayap ketika sedang ditarik ke hanggar.
Laporan itu juga menyebutkan, pesawat tersebut kemungkinan akan diperbaiki tepat waktu untuk dua jadwal penerbangan bulan ini, kunjungan Presiden Isaac Herzog ke Serbia dan Albania minggu depan, serta perjalanan PM Benjamin Netanyahu ke Sidang Umum PBB di New York pada tanggal 23 September.
Sebelumnya, pesawat jenis Boeing 767 yang telah diperbaharui itu sempat dikandangkan saat melakukan penerbangan perdana ke Amerika Serikat pada Bulan Juli. Ketika itu, ada retakan kecil di kaca bagian depan kokpit.
Penerbangan perdana ketika itu membawa logistik PM Netanyahu yang akan berpidato di Kongres AS.
Retakan pada kaca depan pesawat berusia 25 tahun itu merupakan hal umum terjadi pada pesawat jenis 767. Sesuai peraturan, pesawat masih diizinkan melanjutkan penerbangan dan setelah kembali dari AS, kaca depan diganti oleh teknisi Israel Aerospace Industries, yang memodifikasi pesawat dan bertanggung jawab atas perawatannya, dikutip dari The Jerusalem Post.
PM Netanyahu menganjurkan pembelian 'Air Force One' Israel daripada menyewa pesawat dari maskapai penerbangan Israel untuk setiap penerbangan, yang tidak memiliki langkah-langkah pertahanan dan komunikasi khusus.
Untuk menghemat biaya, pesawat tersebut dibangun menggunakan Boeing ER767-300 bekas yang telah beroperasi dengan maskapai penerbangan Australia sejak tahun 2000.
Pesawat tersebut tiba di Israel pada tahun 2016, tetapi penyelesaian pekerjaannya tertunda karena permintaan Kantor PM Netanyahu untuk menambahkan pancuran di kamar Perdana Menteri dan memodifikasinya untuk keamanan dan pertahanan.
Pengawas Keuangan Negara mengungkapkan dalam sebuah laporan; pelaksanaan proyek yang cacat, memakan waktu lama, mengalami perubahan yang terlambat dan mahal sesuai dengan tuntutan Kantor Perdana Menteri dan Shin Bet, melampaui anggarannya lebih dari 100 juta shekel (Rp416.858.006.539).
Lebih dari 400 juta shekel (Rp1.667.432.026.158) telah dihabiskan untuk pesawat tersebut dari anggaran sebesar 729 juta shekel (Rp3.038.894.867.673) yang disetujui untuk pembelian dan pengoperasiannya selama sepuluh tahun pertama.
Karena penolakan Yair Lapid untuk menggunakan pesawat tersebut, pesawat tersebut tidak digunakan selama pemerintahan Naftali Bennett - Yair Lapid. Pesawat tersebut disimpan di Pangkalan Udara Nevatim, tempat infrastruktur operasional dibangun untuknya.
BACA JUGA:
Pesawat itu dikembalikan ke status operasional ketika Netanyahu kembali ke Kantor Perdana Menteri. Angkatan Udara mulai melakukan penerbangan pelatihan dengan pesawat itu, dan sekarang sudah mulai beroperasi.
Karena disimpan selama pemerintahan sebelumnya dan manajemen yang buruk oleh Kantor Perdana Menteri, Boeing belum menyelesaikan sertifikasi penuh pesawat itu untuk mengangkut 120 penumpang, yang diperlukan setelah konversinya. Pesawat itu saat ini diizinkan untuk mengangkut hanya 80 penumpang.
Awalnya, pesawat tersebut dapat menampung lebih dari 200 kursi. Namun, dengan pemasangan suite Perdana Menteri (termasuk ruang konferensi yang dapat diubah menjadi ruang operasi) dan area kelas bisnis yang diperluas untuk rombongan Perdana Menteri, sekarang hanya memiliki 120 kursi.