JAKARTA - Anies Baswedan merasa sulit bergabung menjadi kader lantaran partai politik (parpol) saat ini tersandera oleh kekuasaan.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad menilai Anies lupa pernah mendapatkan 'tiket gratis' dari PKS untuk mencalonkan diri sebagai calon gubernur pada Pilkada Jakarta 2017 lalu.
"Sebetulnya dalam konstelasi politik saat ini tidak pas istilah memvonis bahwa semua parpol tersandera kekuasaan, karena berbicara kekuasan tak lepas dari partai politik. Jadi musti dipahami, partai politik butuh eksis dan survival ke depan. Jadi parpol harus memastikan untung rugi dalam menentukan sikap dan kebijakan," ujar Andriadi saat dihubungi VOI, Selasa, 3 September.
Andriadi mengatakan, PKS tentu punya hitungan politik untung-rugi saat mengambil sikap mendekati Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan mendukung Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta. Sikap PKS, ini memang seolah meninggalkan Anies dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024.
"Bergabung dengan KIM, PKS mendapat jatah cawagub Suswono berpasangan dengan RK dan kemungkinan dapat posisi menteri di kabinet Prabowo - Gibran," kata Andriadi.
Justru, lanjut Andriadi, Anies harusnya mengingat jasa PKS yang pernah memberikan tiket cawagubnya ke Anies saat berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada 2017 silam. Begitupun pada Pilpres 2024 lalu, PKS harus ikhlas mendukung Anies yang berpasangan dengan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
"(Pilkada) 2017 tiket gratis diberikan PKS bahkan tanpa kompensasi. Padahal sebelumnya, pasangan Pilkada Jakarta itu Sandiaga Uno-Mardani Ali Sera. Lalu kader PKS melepas tiket cawagubnya untuk Anies Baswedan. Bahkan setelah Sandiaga Uno mundur pun PKS tidak kebagian jatah Wagub," jelas Andriadi.
"Begitu juga di Pilpres 2024. Deklarasi Anies-Cak Imin tanpa konsultasi dan sepengetahuan anggota koalisi perubahan, Demokrat dan PKS. Tapi PKS tetap legowo mendukung Anies-Cak Imin," tambahnya.
Terakhir, PKS tetap setia mendukung mantan gubernur Jakarta itu dengan mendeklarasikan pasangan AMAN (Anies Baswedan - Sohibul Iman) untuk Jakarta pada awal Juni 2024 dan bubar awal Agustus 2024.
Tetapi Anies, justru tak mampu melengkapi ambang batas kursi (20 persen) untuk pencalonan karena PKS butuh 4 kursi lagi.
NasDem dan PKB yang rencana semula mendukung Anies Baswedan di pilkada Jakarta 2024 pun, malah berbalik arah masuk ke KIM.
"Karena itu menurut hemat saya, posisi Anies Baswedan dalam posisi yang tidak beruntung secara politik dalam kontestasi Pilkada 2024 yaitu gagal dalam pencalonan Jakarta 1," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid merasa heran dengan pernyataan Anies Baswedan yang enggan masuk partai politik lantaran tersandera oleh kekuasaan. HNW pun mempertanyakan parpol mana yang saat ini disandera kekuasaan.
"Kalau kami PKS dalam faktanya kita dulu mencalonkan Pak Anies tahun 2017, tahun 2024 mencalonkan Pak Anies lagi kami tidak merasa tersandera, dan ketika kami mencalonkan pak Anies untuk pilgub di Jakarta, kami juga tak tersandera. Seandainya waktu itu pak Anies memenuhi 4 kursi, siapa yang tersandera, nggak ada yang tersandera kan," ujar HNW di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 3 September.
"Atau kalau misalnya MK membacakan keputusan, kan itu sebetulnya tanggal 1 Agustus, tapi baru dibacakan 20 Agustus. Kalau dibacakan 5 Agustus saja, nggak ada yang tersandera tuh. Akan dengan sendirinya PKS mencalonkan pak Anies," sambungnya.
HNW lantas membeberkan bukti partainya tidak ikut disandera penguasa. Dia mengatakan, PKS bebas berkoalisi dengan partai manapun di Pilkada 2024.
"Tapi inilah yang terjadi sekarang, dan bahwa bukti PKS tidak tersandera, adalah bahwa di pilkada di luar Jakarta, PKS berkoalisi dengan pihak lain, tidak sepenuhnya dengan kekuasaan. Misalnya di Jabar kita dengan NasDem, misalnya di Sumbar kita dengan Gerindra, di Maluku Utara kita dengan h
hanura. Misalnya di Pilgub NTT dengan Demokrat, di mana tersanderanya?," kata HNW.
BACA JUGA:
"Kami tidak merasa tersandera, kami bebas merdeka! Kami berkoalisi dengan berbagai kelompok, kadang malah sendirian, di Tangerang Selatan kami dilawan semua partai. Di Depok kami hanya berdua dengan Golkar, kami melawan semuanya, dimana tersanderanya, kami tidak merasa tersandera," tegasnya.
Apabila Anies gagal mencalonkan diri di Pilgub 2024, menurut HNW, itu realita yang terjadi mesti diterima mantan gubernur DKI Jakarta itu. Dia meminta Anies legowo dengan kenyataan yang ada.
"Bahwa Pak Anies kemudian tidak mendapatkan perahu untuk berlayar, ya itu realita yang Pak Anies sudah menerimanya dengan legowo, saya kira kita semuanya tidak perlu mempertajam dengan apalagi menyampaikan penilaian-penilaian yang sesungguhnya tidak proporsional," kata HNW.